Senin, September 14, 2009

Semoga Rumah ne Keblebeg Banjir ...

Share & Comment
"Semoga mereka yg buang sampah dengan enteng ke sungai nantinya diterjang sama banjir. Rumah ne keblebeg banjir. Wong dho njukuki sampah nang ngarepane kok dho mbuang sampah seenak e dhewe... as** (sensor-red)..."

Itulah status di Facebook saya yang saya buat kemaren setelah mulung yang ke-27 di Lebak Kantin, Sempur. Status itu tak buat sebagai ungkapan rasa kekesalan plus kejengkelan saya ketika mulung disana. Untuk kesekian kali-nya saya melihat beberapa orang tetap saja membuang sampah di sungai ketika kita sedang mulung disana. Dengan enteng dan tanpa rasa berdosa mereka membuang sampah ke sungai.

"Kejadian ini mungkin sudah kesekian kalinya didepan mataku di titik yang sama yaitu jembatan lebak kantin, sempur. Waktu itu pernah kena kepala temanku sampahnya ketika mereka buang sampah dari jembatan itu. Aku bener-bener ngga tahaaannn, mana panas, puasa. Iki wong kok iso yo ora sadar-sadar..." Ungkapku dalam hati dengan penuh esmosi eh salah.. emosi.

Sampai sekarang saya bener-bener bingung, bagaimana sebenarnya pikiran yang ada dikepala mereka tentang sungai dan kebersihan. Sungai hanya sebagai tempat sampah sajakah?? Ketika kita sedang asyik mulungin sampah yang ada disungai tiba-tiba terdengar suara "bluk...". Saya kaget dan menoleh kebelakang. Ternyata ada dua orang perempuan muda yang membuang 2 kantong besar penuh sampah ke sungai dari atas jembatan lebak kantin. Huuuhh... saya hanya mencoba menarik nafas panjang.

Lima menit setelah kejadian itu, ada satu anak laki-laki (umurnya sekitar 10 tahun) membawa kotak sampah yang sudah berisi penuh sampah turun ke sungai. Mulanya ketika sampai ditepian sungai dia hanya berdiri sambil memegang kontak sampahnya memperhatikan kami yang sedang memungut sampah yang ada di sungai. Saya menatap tajam mata anak itu, dia jadi takut dan bengong. Tapi dengan cepat saya sadar, tidak ada alasan saya marah ke anak tersebut. Saya bukan pemilik sungai ini. Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya sosok manusia kecil yang punya mimpi besar. Bermimpi sungai di Indoesia ini bisa bersih. Akhirnya saya mengalihkan pandangan saya kembali ke sampah-sampah yang ada didepan saya dan memungutnya. Seketika itu juga anak tersebut membuang sampahnya ke sungai dan pergi. Huuhhh.. saya menarik nafas dalam untuk kedua kalinya.

Pengalaman kemaren membuat saya seolah-olah menjadi manusia yang paling bener didunia ini. Sudah puasa, ngambilin sampah orang lain, berharap sungai bisa bersih. Pokoknya lengkaplah. Cuma itu yang bisa dilakukan untuk menangkan hati. Mencoba ikut menjadi manusia yang egois seperti mereka.

"Nanti... pas kena banjir, kena musibah... teriak-teriak minta bantuan. Minta pertolongan. Mengaku hidup sengsara, butuh bantuan, butuh perhatian dan menyatakan kita hidup harus tolong-menolong. Tapi kesadaran untuk menjaga lingkungan, menjaga keberadaan sungai ngga ada. Masa bodo dengan lingkungan. Masa bodo dengan sungai. Sungai hanya tempat sampah tok.

Wes kena musibah aja, baru deh mengeluh. Baru deh menyesal. Dasar manusia ngga tahu diri!!!"


Silahkan kalian berkomentar atas kemarahan dan kejengkelanku. Berikut saya lampirkan komentar beberapa teman-teman di Facebook saya:

*Dang Mardan: Maafkanlah mereka krn mereka tidak mengerti.

*Ade Adhitia Prihantoro: Betul..pak cik, mumpung bulan puasa...doain mereka..tapi kasi doa yang baik2 ya bos..
salut buat lo bozzz...
btw, gaya ngomong pak cik kok dah kayak wong jawi...??? jangan ... jangan ... hehehehe

*Herminatun Nikmah: Sabarr....sabarrr kang tarjo....(numpang lewat)

*Sari Nurmawanti: Berbuat baik dan ikhlas emang bnyak godaannya,godaan marah,godaan males..dan godaan2 lainnya yg menodai niat baik..sayang kl kebaikan yg sdh dibuat mas een hilang dan berkurang hnya krn marah..sayang kan?

*Anggit Mime: Pecahkan saja gelasnya biar ramai

*Gladi Hardiyanto: Hus gak usah misuh2,nek banjir sing misuh2
biasane melu kebebleg banjir

Salam,
Een Irawan Putra

Foto diatas dicuplik dari sini
Tags:

Komunitas Peduli Ciliwung Bogor berdiri sejak Maret 2009. Komunitas yang menginginkan adanya rasa kepedulian terhadap keberlangsungan sungai Ciliwung di Kota Bogor. 

7 Komentar:

Arif Budimanta mengatakan...

En, di komplek saya ada yang dijuluki bapak tukang sampah, kerjanya keliling bawa gerobak ngangkutin sampah warga, yang secara rutin dibuang warga di bak sampah atau di depan rumahnya.

Bapak tukang sampah, dibayar setiap bulan dari pembayaran iuran keamanan dan kebersihan.

Selain bapak tukang sampah, ada juga pemulung, yang kerjanya ngorek2 sampah, mana tau ada yang berharga.

Kami warga, karena sdh bayar atau mungkin ada juga yang telat bayar atau males bayar..membuang sampah didepan rumah..dengan cara yang macam2..bisa dipelastikin dulu atau langsung dibuang di bak sampah....

Laskar ciliwung perlu refleksi, kira2 masuk kategori yang mana ????

Decy Arifinsjah mengatakan...

Een, n all
memang harus bagi2 tugas kayanya, ada yang harusnya buang sampah dan ada yang membersihkannya, barangkali mereka juga tidak ada pilihan lain untuk melakukannya karena infrastruktur pembuangan sampahnya memang belum tersedia, sehingga Ciliwung bersih bukan hanya memungut sampah dari kali tapi juga dibarengi dengan sosialisi tentang kebersihan sungai dan disediakan tempat pembuangan sampah juga petugas pengambilannya, tidak bisa setiap saat memungut sampah karena tidak mendidik. Tidak mudah membuat mereka sadar, karena memang tidak ada sangsi dan tidak ada pilihan.
Saya kadang iri kalau lihat Colorado River yang bersih dan ditepiannya terdapat lintasan kereta api Amtrak, dan lintasan bersepeda atau kemarin di Mongolia disepanjang sungai Turg yang cantik juga terdapat KA Trans Siberian, kalinya menghapar bersih bisa memancing fly fishing sementara pohon2nya sudah mulai menguning daunnya dan disela2 pohon dipegunungan terdapat pita pita biru yang terikat sampai kepertengahan pohon, penghormatan penganut ajaran Sharmanism terhadap gunung dan sungai
salam,
decy (darifinsjah@yahoo.com)

Anonim mengatakan...

Kelurahan Sempur memang benar-benar "Juara 1 Kompetisi Mulung" se-kota Bogor...hidup...hidup!!!

andri

Sulikanti Agusni mengatakan...

Mas Een,
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat merupakan tugas pemerintah daerah. Bisa nggak LAWALATA IPB atau KPC, dll mengirim surat permohonan kepada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bogor untuk minta kegiatan penyuluhan kepada penghuni bantaran kali Ciliwoeng agar mereka tidak membuang sampah ke kali. Selain itu minta juga adanya Peraturan Daerah agar memberlakukan larangan membuang sampah ke sungai. Supaya doanya jadi lebih positif. Memang kesal sih, tapi itu cobaan namanya.

sulikanti@yahoo.com

rizal lutfi mengatakan...

Kang Een jangan kecil hati ya, apa yang sudah dilakukan Komunitas Peduli Ciliwung sudah sangat bermakna dibanding apa yang saya lakukan (cuma bisa support dari jauh, itupun cuma dalam hati). Perlu beberapa dekade lagi (kelamaan nggak ya?) untuk bisa mengubah pola pikir masyarakat sepanjang DAS. Sungai-sungai besar di negara maju pada masa revolusi industri juga hampir pasti berantakan semua, nah itu kan 200an tahun yang lalu. Jaman itu juga sanitasi mereka masih buruk. Lanjutkan saja apa yang sudah dicapai untuk mendapatkan gema yang lebih luas. Kerinduan akan Ciliwung yang asri adalah kerinduan kita semua meskipun seandainya itu baru bisa dicapai sekian generasi kemudian.

RR (erzet41@yahoo.com)

Abdon Nababan mengatakan...

Een yang baik,



Tetaplah memulung untuk mengambil perhatian dari banyak pihak, termasuk dari pemerintah. Persoalan Ciliwung jauh lebih mendasar dari sekedar kesadaran penduduk sekitar Sungai Ciliwung. Kebijakan pembangunan di wilayah DAS yang tidak mengikuti kaidah ekologi merupakan salah satu sumber masalah.



Nah, disitulah Lawalata IPB perlu memberikan penugasan khusus dan tegas kepada Arif Budimanta sebagai caleg DPR RI terpilih dari Kota Bogor dan Kab. Cianjur untuk berjuang menata-ulang kebijakan tata ruang dan pembangunan di DAS Ciliwung-Cisadane. Bahkan bila angin politik memungkinkan, Arif sudah sepantasnya menjadi Menteri (Negara) urusan JABODETABEK di cabinet mendatang sebagaimana digagas oleh Sutiyoso saat menjadi Gub. DKI.



Kita tunggu pelantikan beliau…..kita ‘awasi’ terus sepak-terjangnya di Senayan. Kalau ngaco, kita tarik saja syal Lawalata IPB yang selama ini dia pakai.



Pisss Men!

Salam,

L-199

Berang mengatakan...

Bang Arif dan Bang Decy,
Kita tidak memilih kita sebagai kategoria apa di komunitas ini. Cuma sekelompok orang yang bermimpi sungai di Indonesia bisa bersih dan bisa seperti yang Bang Decy ceritakan dan seperti harian KOMPAS ceritakan di edisi dua hari yang lalu. yaitu sungai yang ada di London. Sepertinya indah dan damai sekali membaca cerita-cerita tersebut.

Tapi, ketika hari minggu kita kembali lagi ke ciliwung. Kenyataan memang musti kita hadapi.
Sungai yang jorok, penuh sampah, (maaf) kotoran manusia, kain, kursi sofa, kasur dan bahkan lemari es bisa kita temukan di ciliwung.
Seperti yang pernah dikatakan oleh mantan gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso "Sungai ciliwung adalah tempat sampah terpanjang di dunia".
Saya pernah menyusuri sungai ciliwung dari Bogor sampai ke Teluk Jakarta dan Muara Angke. Nauzubillah... isinya sampah semua. Sampai-sampai baling-baling mesin speed yang kami gunakan selalu mati karena tersangkut sampah-sampah yang ada disana.

Yaah kita memang dihadapi mimpi buruk, yaitu buruknya sebuah pengelolaan sungai. Pemerintah Indonesia, Rakyat Indonesia memang tidak terlalu paham, mungkin juga tidak mau peduli akan keindahan sebuah sungai yang membelah kota.

Semoga sungai-sungai yang berada di desa dan perkampungan tidak mengikuti jejak sungai yang ada di kota.
Saya masih bersyukur masih diberi kesempatan mengunjungi beberapa kampung-kampung yang ada di nusantara ini. Alamdulillah saya masih bisa mandi di desa terisolasi di dataran tinggi sulawesi dan dipedalaman sorong, papua.

Setiap datang ke kampung yang saya kunjungi, yang saya tanyakan adalah "sungainya dimana? saya ingin mandi di sungai"

Begitu juga klo saya pulang kampung. Esok harinya ketika tiba dirumah saya langsung menuju sungai yang ada di kaki bukit.
Menikmati sejuk dan dinginnya air pegunungan. Sebuah anugrah Tuhan yang belum dicemari oleh manusia-manusia serakah dan manusia yang masa bodoh.

Salam,
Een

 

Artikel Populer

Tjiliwoeng on Facebook

Copyright © KOMUNITAS PEDULI CILIWUNG BOGOR | Designed by Templateism.com | Published by GooyaabiTemplates.com