Selasa, Februari 14, 2012

Krompyang dan Bau di Cap Go Meh 2012

Share & Comment

Begitulah terdengar seru
Ah, entah di hati siapa yang malu

Sampah sabtu pagi, tampil senin senja
Tak tahulah baunya
Saya ndak bisa cerita
Sesampai di ujung, kami kira mendapat untung
Sampah semula beberapa karung
Beuh..., ujug-ujug sudah menggunung

Krompyang, krompyang, krompyang...

Serasa ikut perkasa di belakang TAGANA
Taruna Siaga Bencana
Serasa ikut gembira di depan TAGACA
Tante-tante Gak Ada Capenya
Serasa gerilya kami bergaya TAGASAK
Gasak kemari, gasak pula ke sana

Duh Gusti, semoga mbesuk-mbesuk ndak jadi TAGARUK
...taruna siga beruk...

Demikian sebuah sajak dari Yoyon Anakperi alias Markus Ratriyono tentang keikutsertaan KPC Bogor dalam pawai Cap Go Meh, 6 Februari 2012 lalu.

Cap Go Meh berlangsung sangat meriah.  Ada ribuan orang yang berkerumun menonton arak2an karnaval.  Sebuah pesta rakyat Kota Bogor. 

Dengan hanya 4 orang, KPC Bogor tak mau ketinggalan dalam memeriahkan acara tahunan Kota Bogor ini.  Mereka adalah Hari Kikuk, Yoyon Anakperi, Hapsoro, dan Iman (bala bantuan dari program Ciparigi, KALAM).  Mereka berpawai dengan motor gerobak kebanggaan KPC Bogor.  Motor ini diisi dengan muatan sampah2 hasil mulung di Ciliwung (Lebak Kantin) 2 hari sebelumnya, ditambah beberapa karung hasil mulung sampah Ciparigi oleh teman2 KALAM.  Pada bagian depan, samping (kiri-kanan) dan belakang motor gerobak ditempeli banner kecil bertuliskan pesan2 tentang Bogor, sampah dan Ciliwung.  Tepian bak motor dihias dengan untaian "anakonda" yang sudah berbau busuk. Motor ini juga menarik sebuah ekor berupa seutas tali plastik yang ujungnya diikat pada kaleng2 cat, kaleng susu, botol air mineral, seng bekas, serta bambu2.  Ketika motor berjalan, maka ekornya akan menimbulkan suara nyaring, dan tentu saja berisik. ”Krompyang ... krompyang ... krompyang ….”




Kendaraan hias ala KPC Bogor ini ternyata berhasil menarik perhatian ribuan penonton Cap Go Meh.  Sebagian besar mereka menutup hidungnya dengan pandangan aneh, lalu bergerak ke tepi untuk menghindar.  Sebagian ada yg tak tahan, lalu berceloteh ... "iihh geuleuh pisan ... eta runtah Ciliwung dibawaan!!"  Sebagian yang lain ternyata malah menunjukkan raut wajah senang sambil mengacungkan kedua ibu jari mereka.  Mereka yang senang berucap, "Nahh iyeu yeuh nu hebat ... bener eta, Ciliwung emang karotor!" atau tertawa riang dan berseru, "Hahahaha .... iyeu sampah Bogor, sampah Ciliwung ... hebaat!!"

Dengan tenaga bantuan tambahan (saat berpawai) seorang sukarelawati yang pastinya perempuan, para laskar karung KPC Bogor bergerak gesit ke kiri dan kanan memunguti sampah2 plastik yang berserak di sepanjang Jalan Surya Kencana.  Gerakan laskar pemulung dadakan ini kadang membuat kaget para penonton, karena bisa saja tiba2 mengambil sampah yang terinjak2 di bawah kaki para penonton.  Beberapa penonton yang tanggap pun jadi malu lalu kemudian membantu mengambil sampahnya lalu mengulurkannya pada para laskar KPC Bogor.

Setelah berjalan selama lebih kurang 5 jam akhirnya pawai ini pun berhenti di samping Asinan Gedong Dalam, di daerah Pasar Gembrong, Sukasari.  Penat, haus dan lapar sudah pasti.  Para laskar karung merasa kakinya sudah mau copot saja dari pangkal paha.  Sementara tangan mereka pun kotor dan bau karena langsung memungut sampah yg umumnya dalam keadaan basah.  Untunglah hiburan musik selalu hadir sepanjang perjalanan.  Musik ini berasal dari kontingen Ibu2 STW (setengah tuwo) yang terus saja menari cha-cha dengan iringan musik lagu2 China, irama reggae, dangdut, serta campuran sunda dangdut.  Para laskar karung pun jadi ikut bergoyang sambil memungut sampah.  Sebuah taktik sederhana untuk menghilangkan penat.

Semua sampah yg dibawa kontingen KPC Bogor ini langsung diarak menuju Jalan Paledang, di Kantor Dinas Kebersihan untuk dibuang.  Dari keseluruhan sampah, ternyata sampah di Jalan Surya Kencana saat itu jauh lebih banyak dari sampah yg biasa dipungut oleh laskar karung KPC Bogor di Ciliwung.  Muatan akhir di motor gerobak mereka menggunung sangat tinggi.

KPC Bogor telah memunaikan tugasnya berpartisipasi dalam peringatan Cap Go Meh di Bogor.  Para laskar karung begitu bangga dan senang karena langsung dapat respon dari warga Bogor.  Respon yang beragam berupa cemoohan sekaligus juga pujian luar biasa dari warga Bogor.  Seorang anak kecil bahkan memberikan sebuah "angpao" dalam amplop merah.  Di dalamnya ada selembar uang bernilai Rp 10.000.  KPC Bogor juga mendapatkan sebuah plakat tanda keikutsertaan, serta sejumlah uang (ratusan ribu) dari panitia Cap Go Meh.

Terima kasih ... semoga semua yg didapatkan bisa kembali ke Ciliwung ...

Tags: ,

Komunitas Peduli Ciliwung Bogor berdiri sejak Maret 2009. Komunitas yang menginginkan adanya rasa kepedulian terhadap keberlangsungan sungai Ciliwung di Kota Bogor. 

0 Komentar:

 

Artikel Populer

Tjiliwoeng on Facebook

Copyright © KOMUNITAS PEDULI CILIWUNG BOGOR | Designed by Templateism.com | Published by GooyaabiTemplates.com