Selasa, Maret 31, 2009

Bole djoewal kaos djoega kan?

Di sela acara pemulungan ketiga kemarin, mata saya sempat terpaku beberapa saat pada seorang teman volunteer. Dia tampak modis, bergaya keren layaknya barudak Bogor nu garaul kitu. Saya mendadak jadi seperti pengamat mode yaa ... hehehe. Saat itu, dalam hati saya sempat berpikir ... gile bener nih orang mau ikut mulung sampah pake baju putih nan keren macam itu. Namun saya buru2, menghapus tuduhan2 berlebih yang bisa menjurus pada pikiran negatif. Saya langsung konsentrasi penuh pada tugas saya untuk "memulung dan memulung sampah" di Ciliwung.

Selepas waktu istirahat, saya kembali lihat teman volunteer itu. Waduuh koq saya jadi seperti jatuh cinta yaa sama dia. Gak mungkin ... haram hukumnya ... saya gak mau jatuh cinta sama sesama jenis. Dia itu cowok boo!!

Bukan, saya bukan napsu sama dia sebagai laki2. Saya hanya senang dan merasa bangga karena dia menjadi volunteer Komunitas Peduli Ciliwung ini. Kebanggaan saya begitu hebat hingga saya pun tertarik untuk memotretnya. Ediaan ... gilee ... begitu kamera saya jepretkan ke dia, dianya malah bergaya bak foto model ibukota. Top banget dahh!


Tapi kehebatan sang volunteer itu, setelah saya pikir2 bukan karena dia ganteng, modis atau keren. Tapi karena dia memakai kaos panjang putih sederhana (tanpa corak) bertuliskan "Sungai Bukan Tempat Sampah". Hebat sekali pesan yang dituliskan di kaos itu. Setelah sempat ngobrol dengan dia. Saya jadi tahu namanya Yudha. Dan dia sengaja memakai kaos itu untuk mencoba memakai dirinya sendiri sebagai papan reklame. Betuull sekali ... ia jualan kaos. Menurutnya kaos tsb diproduksi oleh ia dan teman2nya untuk mendukung komunitas kita ini. Makin bangga rasanya saya ketika mendengar cerita itu.

Selamat dehh Yudha!! Semoga upayamu dan teman2 utk mendukung Komunitas Peduli Ciliwung diberkahi Allah. Semoga kaosmu banyak yang beli. Paling tidak, aku juga mau beli. Lha wong bagus, keren dan modis .... pesannya juga hebat. Lihat aja pada foto Yudha di samping. "Ngomong2, kaos eta dijual sabaraha Yud? Mun arek meuli, kontak ka saha?"

Sabtu, Maret 28, 2009

Anak kecil joega tahu….

Sejumlah fasilitator dari Komunitas Peduli Ciliwung Bogor secara rutin, setiap Sabtu, melakukan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di Sekolah Dasar Negeri Kampung Rambutan, Kelurahan Sempur, Kota Bogor. PLH dimaksudkan untuk memberikan penyadaran dan kecintaan lingkungan kepada anak-anak, khususnya yang langsung berinteraksi dengan Ciliwung.

Saya, yang jadi guru dadakan pada kesempatan ini, tidak ambil pusing untuk memulai belajar lingkungan pada Sabtu ini. Pada intinya metode pengajaran yang kita terapkan adalah bermain sambil belajar sehingga tidak membebani murid. Sabtu ini kami belajar mengenai pentingnya air dan sungai Ciliwung. Murid-murid antusias saat diminta untuk menggambarkan letak rumah mereka terhadap sungai Ciliwung. Ternyata sebagaian besar murid bertempat tinggal dekat dengan Ciliwung. Mereka kemudian menyampaikan pendapatnya mengenai fungsi Ciliwung dalam kehidupan sehari-hari.
"Coba sebutkan manfaat Sungai Ciliwung buat kehidupan sehari-hari?" Aku melempar pertanyaan dan memancing murid-murid untuk berpendapat. Tidak lama mereka berebut menjawab pertanyaanku. "Buat mandi dan cuci pakaian, Kak", kata Iis dari pojok kelas. "Tempat buang air besar", jawab Sugih dan murid laki-laki lainnya dari bagian kanan kelas. Mereka memang menjadi saksi keseharian bagi aktivitas sejumlah warga yang menggunakan Ciliwung untuk mandi, cuci, dan kakus.

Berbeda dengan Novi, dia berpendapat kalau Ciliwung adalah tempat buang sampah. "Buat buang sampah ke sungai!" seru Novi polos. Jawaban Novi sontak membuat murid-murid lainnya tidak sependapat. Menurut mereka, kita tidak boleh membuang sampah ke dalam sungai. "Nanti banjir, Kak", Sugih menimpali. Akhirnya diskusi singkat terjadi diantara mereka, murid-murid pun berjanji untuk tidak membuang sampah ke dalam sungai.

Kami berharap murid-murid dapat menjadi penyampai pesan, setidaknya kepada ayah, ibu, dan keluarga di sekitarnya untuk peduli lingkungan. Oleh karena itu kesabaran dan ketekunan fasilitator merupakan faktor penting dalam keberhasilan memberikan penyadaran lingkungan sejak dini.


Pengirim:
M. Muslich

Jumat, Maret 27, 2009

Mulung Ketiga ... siap?


Kepada semua teman2 volunteer Ciliwung Ruksak, Hirup Balangsak,
Kepada seluruh warga Bogor di mana pun Anda berada,
Kepada semua orang yang merasa perlu ikut serta membantu upaya membersihkan Ciliwung,
dan Kepada siapa saja yang membaca pesan ini,

Komunitas Peduli Ciliwung kembali menggelar acara "mulung sampah Ciliwung" setiap hari Minggu. Berikut penjelasannya di samping ini ...

Silakan datang, silakan lihat, dan silakan ikutan mulung!!

Jangan ragu2, jangan bimbang, tapi boleh saja malu ... karena malu itu adalah sebagian dari iman ... hehehe. Bila Anda malu, maka tak usah khawatir, Anda pasti akan turut serta ...

Rabu, Maret 25, 2009

Sebuah surat: "Aksi Ciliwung Memalukan"


Kemarin, kami (di sekretariat) mendapat sebuah surat pendek dari seorang kawan. Kawan tersebut adalah seorang Ketua RT di Kelurahan Tegal Gundil, Bogor. Kebetulan beliau sedang berada di lokasi pemulungan sampah Ciliwung hari Minggu lalu. Berikut isi suratnya ....
Setelah kegiatan pertama nggak nengok aksi Ciliwung, ada kesempatan pada aksi ke dua mampir ke Ciliwung.

Niat awal memang nggak bantu-bantu bersihin kali Ciliwung, wong kali Ciparigi depan rumahku saja masih kotor koq. Minggu depan aku mau nyontek aksi Ciliwung ah untuk bersih-bersih Ciparigi bareng warga RT-ku.

Karena nganggur, duduklah aku di tukang lotek dan ngobrol ngalor-ngidul dengan penduduk Lebak Kantin ngomongin orang-orang yang 'nggak punya kerjaan'. Ternyata aksi Ciliwung memalukan ... membuat malu mereka sebagai penduduk setempat, terjadi saling tunjuk diantara mereka tentang perilaku mereka yang selalu buang sampah ke Ciliwung.

Pulangnya ibu tukang lotek membungkus sampahnya dan membungkusnya dengan kertas koran. Mari kita perbesar aksi yang memalukan ini.
Pak RT, jadi maksudnya aksi ini memalukan, atau membuat malu??? heheheheee ....

Minoem aer Tjiliwoeng ahh ....




Ssssst, ... mau coba ah, ...
tapi nggak sekarang ya.

Catatan=
- Film ini didokumentasikan pada hari Minggu, 22 Maret 2009. Bersamaan dengan Aksi Bersih Ciliwung yang kedua kalinya.
- Saksikan film singkat ini di Youtube.
- Saksikan film singkat ini di Facebook.
- Saksikan film singkat ini di Videoku.

Penggalan Wadjah Tjiliwoeng (1)

Sub title: Sampah dan Kantor Kelurahan Baranangsiang

Sambil mengamati dan meng-overview lingkungan perumahan di sekitar sungai Tjiliwoeng aku berjalan sendiri menyusul tim menyusuri jalan Bangka. Siang itu kira-kira pukul 10.23 WIB tanggal 22 Maret 2009, sedari rencana pertemuaan jam 7 pagi di lapangan sempur. Akhirnya aku bertemu dengan Tim Sosek dan Pemetaan “Tjiliwoeng Dream dari arah berlawanan. Tim ini berjalan dari jembatan Saras, Padjajaran hingga tembus ke jalan Bangka. Sedangkan aku menyisir dari arah kebun raya menuju jalan Bangka. Tim yang bertujuan memetakkan titik-titik tumpukan sampah yang berserakan di bibir-pinggir sungai Tjiliwoeng pada sebelah kanan jika mengikuti aliran sungai Tjilioweng.

Dengan berbekal alat pendeteksi koordinat geograpis bumi, GPS dan sebuah kamera SLR Digital tim memetakkan dan mendokumentasikan semua temuan-temuan hasil observasi lapangan. Berhubung tim kali ini lebih memfokuskan pada pemetaan titik-titik sampah sepanjang bantaran sungai Tjiliwoeng keterlambatanku bersama rombongan tidak terlalu berpengaruh pada tujuan utama pergerakan tim kali ini, yang sebelumnya aku didaulat untuk membantu dalam assessment sosial budaya masyarakat bantaran-sempadan Tjiliwoeng.

Sekitar lima meter dari kantor kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, Pemerintahan Kota Bogor, sungguh sangat disayangkan dan bagiku sangat memalukan sekali terdapat penumpukan sampah yang berserakan di pinggir sungai pinggir jalan Bangka. Kantor kelurahan yang berdiri kokoh menghadap ke selatan dengan hiasan panorama Gunung Salak, yang tampak menjulang tinggi dan anggun dari kejauhan. Namun hiasan itu tak sebanding dengan hiasan tumpukan sampah berserakan di sepanjang jalan Bangka di bibir sungai Tjiliwoeng. Sebuah perkantoran dengan lokasi eksotis dan strategis. Tidak dijaga dengan cara yang bersih dan elegan pula. Pikirku apa kerjaan pak lurah Baranangsiang? Sungguh dilematis.

Banyaknya sampah ini menunjukkan betapa cueknya dan ketidakpedulian pamong parja (elit local) Baranangsiang dalam mengelola sampah. Peran public awaraness pamong paraja sejatinya seharusnya menjadi superordinat goal (tujuan mulia) dan senantiasa menjadi peran yang terus menerus dijalankan. Namun tidak demikian. Kondisi real itu mengisyaratkan betapa rendahnyanya tingkat kesadaran yang dimiliki oleh para pamong praja kelurahan. Sumpah serapah pun mengalir sendirinya dari pikiranku melihat kelalaian dan ketidakbecusan dalam menjaga kebersihan dan keindahan yang jauh dari sampah. Ohh...Kelurahan Baranangsiang. Aku yakin kalo sumber pendanaan yang dimiliki kelurahan ini cukup untuk memberikan proses edukasi dan penyadaran arti penting kebersihan dan keindahan. Begitu juga untuk penyediaan fasilitas pembuangan sampah yang cukup memadai. Ternyata peran ini belum maksimal dilakukan.

Anehnya lagi adalah, perumahan di kanan kiri kelurahan Baranang Siang sepertinya adalah perumahan yang lumayan mapan dan elit. Bukan perumahan kumuh. Terus pertanyaannya apa sampah ini sampah para pejalan kaki? Tapi kenyataannya sampah ini berserahkan pada titik-titik tertentu. Inilah sketsa kompleksitas masalah yang nantinya akan kita hadapi bersama dalam mewujudkan “Tjiliwoeng Dream”. Tjiliwoeng Bogor.


Salam
Firin

Senin, Maret 23, 2009

Terapi Aer di Soengeij Tjiliwoeng

Air mengalir sampai jauhhhhh .... sebait lagu dari Bengawan Solo oleh Gesang
Mungkin itu yang cocok juga kita dendangkan bagi Ciliwung yang membelah kota Bogor, Jakarta, dan berujung di Muara Angke sono [hehehe ... kalo ngga salah].

“Dingin, kotor, bau dengan warna kaya susu coklat” serta penuh batu-batu segede kerbau, memenuhi beberapa bagian sungai Ciliwung. Di beberapa batu-batu lainnya, sampah juga ngga mau kalah gedenya, ada yang “segede gaban”.

Rendamlah kaki, tangan serta badan..mungkin itu bisa menghilangkan keruwetan dan penuhnya otak di kepala kita selama enam (6) hari sekali untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hanya beberapa menit kita melonggarkan sendi dan gerakan tungkai-tungkai tangan dan kaki untuk mencoba celupkan diri di air Ciliwung.


Dua kali sudah, aku dengan teman-teman (yang sok jago ini) yang menamakan diri Komunitas Ciliwung, pamer dan unjuk kekuatan dengan merendamkan kaki dan tangan di Ciliwung. Orang mungkin mikir, ini orang-orang sinting ato ngga punya kerjaan, masa mungut sampah aja ngajak-ngajak dan sok jago lagi, tiap minggu dan bawa-bawa spanduk dan ngajak-ngajak orang lagi.

“Kenapa ngga ajak pemerintah aja yang turun ke sungai Ciliwung, dengan segala fasilitas dan kemudahan yang mereka miliki, kenapa juga mesti masyarakat atawa orang susah yang bersih-bersih atawa ambil sampah di Ciliwung, bah ... kaya orang ngga ada kerjaan aja!!” kira-kira begitu kometar orang terhadap aku dengan konco-konco yang melakukan terapi air di Ciliwung ini.

Tapi banyak orang ngga nyadar kali, bahwa meluangkan waktu dengan sedikit menyentuh dan nyelupin air di Ciliwung membuat rasa kebersamaan dan rasa kesadaran kita menjadi lebih peka. Coba tengok, ada teman2 ku yang membawa anak bininya dan ada juga yang mbawa pacar dan ada juga yang mbawa isterinya ..... karena mereka tahu, air merupakan tempat paling bagus untuk meningkatkan rasa kebersamaan dan kepedulian.

Dan coba kita liat, air juga mengisi kehidupan kita ini. Kalo kita dulu belajar biologi di masa-masa ES DE, kita dikasih tau ama guru bahwa 70 persen bumi ini merupakan air. Naah coba bayangkan kalo kita ngga ada air. Bagi yang suka ngopi dan begadang, ngga kebayang deh .... Coba tengok anak2 baru lahir juga udah dimandiin, malah sekarang ada yang ngelahirin dalam air. Pokoknya air merupakan obat penyembuh yang paling ampuh dan murah meriah yang telah disediakan oleh alam kepada kita. Manusia aja tanpa air mati lebih cepat daripada ngga makan ... gimana? gerindra ... ehh maksudnya ngeri ngga?????

Sebetulnya “Terapi Air”, merupakan obat ampuh untuk mengembalikan kesadaran kita, kesadaran tuk tidak membuang sesuatu ke dalam aliran Ciliwung. Tuk membuang sumpah-serapah kepada yang peduli kepada Ciliwung. Tuk sadar kepada yang memiliki niat baik terhadap Ciliwung. Dan tuk selalu menyadarkan kita untuk saling menyadari dan saling mengingatkan bahwa Ciliwung perlu untuk kepedulian kita kepada sesama.

Dan tidak pernah bosan-bosannya seperti air yang mengalir di Ciliwung, kami orang-orang yang sok jago ini, mengajak kepada siapa saja yang peduli atao yang tidak peduli untuk turun bareng dan bergandengan tangan kita melakukan terapi air di Tjiliwoeng nan Ampoeh Aernja. Ini adalah bagian dari rasa kepedulian dan kesadaran kita terhadap alam. Mari bergabung dengan kami Komunitas Ciliwung.

Salam sayang, Ejhonski

Minggu, Maret 22, 2009

Hari Air Sedunia ala Mbah Tjiliwoeng

Sungguh indah bisa meluangkan waktu, walau hanya beberapa saat, mengotori diri kita dari pagi hingga siang. Hanya ini lah yang dapat kami lakukan, melihat yang terjadi dan mencoba turut menganyunkan lengan, membuka jemari kita, dan meraih apa yang telah kita buang tuk tempatkan kembali ke tempatnya dengan baik.



Rekan-rekanku, ...
Mari kita luangkan waktu untuk membantu diri sendiri dengan melihat sekeliling kita. Sudahkah kita memberi apa yang telah diberikan oleh sungai, hutan, air, dan segala isinya tuk hidup ini.
Selamat Hari Air Sedunia

Jumat, Maret 20, 2009

Pemulungan Kedua, ayoo ikutan ...

Para teman2 volunteer pemulung sampah Ciliwung, para warga Bogor, dan para pembaca blog yang budiman,

Jangan lupa ... kita akan segera melakukan pemulungan sampah kedua di Ciliwung. Catat tanggal dan waktunya:

Hari: Minggu, 22 Maret 2009
Waktu: ... dimulai sekitar jam 07.30 s/d 11.00
Lokasi kumpul: ... lapangan Sempur, Kota Bogor


Bagi yang tertarik untuk ikutan, silakan bergabung langsung dengan kami di lapangan. Jangan lupa, karena Anda akan basah dan kotor, mohon gunakan pakaian yang sesuai (jangan pake baju pesta ... hehehe). Baik sekali jika Anda juga melengkapi diri dengan sepatu bot.




Hanya inilah Aksi yang dapat kami lakukan dalam memperingati Hari Air Sedunia yang jatuh pada tanggal 22 Maret ini. Kawan-kawanku sebangsa dan tanah air, mari kita gabung dalam aksi nyata ini, kalau tidak sempat, silahkan boeat di tempat masing-masing.

Untuk-Mu Dunia Kita, Hidup dan Kehidupan.

Kamis, Maret 19, 2009

Rabu, Maret 18, 2009

Menggugah Kepedulian Kita pada Mbah Tjiliwoeng

Mau berbagi cerita minggu lalu, semoga tidak bosan untuk membaca dan menyebarluaskannya...

Kami mengusung spanduk bertuliskan "Ciliwung Ruksak, Hirup Balangsak" dengan lebar 3 m x 6 m, dan dipasang di tiang listrik di Lapangan Sempur Bogor, ingin menggugah siapa saja. Siapa saja yang tua, muda, anak2, maupun sebangsa setanah aer ataupun yang bukan sebangsa dan setanah aer, agar jeda sejenak dari rutinitas sehari2nya yang mikirin kerjaan, mikirin makan, mikirin duit, mikirin pacaran n mikirin jualan, mikirin sekolah, mikirin jalan2, mikirin jabatan dan mikirin kampaye untuk pemilu nanti, untuk ikut bersama saling kenal dalam terapi air di Sungai Ciliwung.

Karena menurut para ilmuwan bahwa air merupakan sumber energi paling kuat dan dahsyat untuk menyembuhkan segala penyakit, kecuali korupsi. Nah, alangkah indah dan asiknya dalam suasana kebersamaan kita bisa menghilangkan semua hal di atas. Turun sejenak (hanya 15 menit) mencelupkan kaki dan menggerakan tangan untuk memungut sampah yang bertebaran di Ciliwung sebagai perubahan tingkah pola kita terhadap alam yang selama ini sudah sangat banyak memberikan kita keuntungan dan kemudahan dalam hidup.

Mungkin itu hanya sedikit kata2 atau juga sedikit ungkapan yang aku sampaikan. Jadi jangan terlalu percaya, karena seperti kampaye itu bisa saja hanya janji2 atau iklan palsu seperti yang sekarang banyak beredar. Contohnya obat palsu atau bajakan dari negerinya Hong Fei Hung sono...

Tanggal, 15 Maret 2009, kemaren aku dengan teman2 mo menggugah siapa saja untuk bisa bersama2 untuk peduli lingkungan di sekitar kita. Misi kami adalah melakukan pembersihan sungai Ciliwung setiap minggu, dimana dan kapan saja ada sampah yang menghambat arus nadi kehidupan Ciliwung kami pasti ada. Sok jagoan sekali yaa... kelihatannya.

Misi mulia ini kami mulai pukul 08.00 pagi sampai jam 11.00, karena menurut primbon saat-saat inilah kehidupan mulai merangkak di sekitar Ciliwung, seperti aktivitas mandi, buang sampah, buang hajat, dan lain2. Sehingga moment ini juga bisa menarik minta para pembuang ini supaya ikut dan mudah2 tidak melakukan kejahatan buang-membuang lagi ke dalam sungai Ciliwung yang umurnya sudah semakin tua. Karena semakin tua umurnya Ciliwung juga kadang2 suka marah dan ngambek, sehingga sering tetangga sebelah seperti Jakarta dimarahin dan dikirimin banjir. Ciliwung yang dulunya masih sabar dan arif sudah sampai batas kesabarannya. Seperti juga kesabaran dan kearifan seseorang ada batasnya, makanya kami berharap Mbah Tjiliwoeng tidak lagi merajalela.

Kurang lebih 80-an orang dengan menenteng2 karung gula warna putih turun ke Ciliwung untuk pungutin sampah. Kalo teringat dengan salah satu filem Indonesia yang fenomenal saat ini yang berjudul LASKAR PELANGI, atau seperti Iklan Jamu Gendong yang juga LASKAR JAMU, maka kami bisa disebut juga LASKAR KARUNG, karena dengan semangat 45 kami bawa2 karung untuk pungutin sampah di Ciliwung.

Memang, jika dibandingkan dengan jumlah penonton, kami kalah banyak. Apalagi di Lapangan Sempur kalo hari Minggu pagi orang numplek dari segala ras dan kasta. Dari yang hanya jual body sampai jual omongan juga ada. Tapi kami tidak patah semangat dan sangat yakin bahwa ajakan dan gerakan kami ini pasti banyak yang mau ikut. Contohnya adalah satu keluarga bule yang tinggal di Sempur sempat mendatangi kami yang masih berbau sampah, dan mengutarakan keinginannya untuk ikut “mulung” di Ciliwung. Mungkin dikiranya kami pemulung benaran dan dapat duit dari jual sampah. Tapi yang jelas sudah ada orang yang mulai tertarik dan peduli terhadap Mbah TJILIWOENG.

Kepada teman2, sahabat, kawan, n saudara-saudara sebangsa dan setanah aer, baik warga Bogor n warga Indonesia semuanya, mari kita peduli lingkungan dan pada minggu depan kita akan turun lagi di sekitar LAPANGAN SEMPUR –KOTA BOGOR, silahkan bergabung!

Salam, Ejhon

Pemulungan Perdana

Rekan-rekan,

Catatan singkat ini juga saya kirim di mailist LAWALATA-IPB. Berikut saya sampaikan gambaran pelaksanaan Pemulungan Sampah Ciliwung yang perdana, Minggu (15/2).

Ciliwung Ruksak Hirup Balangsak
Banner “Ciliwung Ruksak Hirup Balangsak” yang berukuran besar sudah terpasang di Lapangan Sempur sejak pukul 01.00 WIB dini hari pada Minggu (15/2), menandai akan dilakukannya Aksi Bersih Ciliwung Perdana yang telah beberapa kali didiskusikan di Gedung Alumni.

Aksi bersih yang sedianya akan dimulai pada pukul 07.00 WIB, mundur sampai pukul 08.00 WIB, tetapi dengan demikian peserta pemulungan sampah menjadi lebih banyak lagi. Jumlah peserta lebih kurang 80 orang, mereka misalnya ada yang dari Lawalata-IPB, Calon anggota Muda L-IPB, Telapak, FWI, AMAN, Burung Indonesia, Greenpeace, Komunitas Kampung Bogor, Komunitas Salam, Staf TNGP, staf TNGHS, staf Kebun Raya Bogor dan individu-individu lainnya yang tidak semunya dikenal. Mereka yang bergabung dalam aksi pulung sampah kebanyakan tidak atas nama organisasi tetapi atas nama individu.

Pemulungan sampah dilakukan mulai dari bawah Jembatan Jalak Harupat sampai Jembatan Lebak Kantin, di dekat Lapangan Sempur, sampai dengan pukul 11.00 WIB. Dalam aksi tersebut, terkumpul 106 karung sampah non organik seperti plastik kresek, bungkus makanan, botol plastik, kaca, sterefom, dan lainnya. Meskipun jumlah sampah yang dihasilkan cukup banyak, tetapi tampaknya belum menjawab tujuan awal, dimana sampah yang terkumpul adalah sampah plastik yang akan dimanfaatkan kembali (misalnya dijual, dan uang yang dihasilkan dapat digunakan untuk tambahan operasional Inisiatif Ciliwung. Hal ini dikarenakan sampah plastik sudah lama mengendap di sela-sela bebatuan dan bertautan dengan jenis sampah lainnya seperti kain, karung, dan kayu, sehingga lebih sulit untuk memisahkannya. Namun demikian, badan sungai Ciliwung menjadi terlihat jauh lebih bersih dari pada sebelum dilakukan pemulungan sampah.

Karung sampah kemudian diangkut dengan mobil Pick-Up yang dicarter dengan tiga kali angkut menuju Tempat Penyimpanan Akhir (TPA) di Bubulak. Karung sampah saat ini disimpan di kebun Mas Eko Purnomo (Eko Dayak). Namun ketika Tim pengangkut sampah sampai di lokasi, lahannya sudah ditanami palawija oleh penggarap tanah, sehingga space untuk penyimpanan karung sampah tidak mencukupi. Menyiasati hal ini, tim pengangkutan menumpuk karung-karung sampah plastik menjadi semacam pagar di tepi kebun. Kondisi ini menyebabkan beberapa lajur tanaman palawija menjadi rusak.

Aksi pemulungan sampah benar-benar selesai pada pukul 15.00 WIB ketika semua karung sampah dapat diangkut ke TPA. Secara umum, aksi pemulungan sampah berjalan dengan baik dan lancar. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah bergabung dan membantu dalam aksi pemulungan sampah ini.

Koempoel-Koempoel ah, ...
Setalah pelaksanaan kegiatan berakhir, beberapa orang yang belum pulang melakukan evaluasi di kantor FWI sampai dengan pukul 16.30 WIB. Beberapa point penting hasil diskusi diantaranya :
  • Pada lokasi pertama pemulungan sampah di bawah Jembatan Jalak Harupat, masih terdapat sampah yang belum diambil, terutama yang berada di dekat tanggul kebun raya. Selain arus deras, sampah melekat diantara batu dan tanggul, sehingga perlu alat bantu seperti garu.
  • Tim pengangkut sampah mengalami kesulitan untuk menempatkan karung-karung sampah di kebun Mas Eko yang ternyata sudah ditanami tanaman pangan seperti kacang, ketela, jahe-jahean, dan lainnya. Apabila diperlukan, kita dapat memberikan kompensasi kepada penggarap lahan akibat rusaknya beberap lajur tanaman. Untuk hal ini akan dikomunikasikan dengan Mas Eko. Untuk aski berikutnya perlu lokasi penampungan yang lebih memungkinkan dan lebih dekat dari lokasi pemungutan sampah.
  • Kesulitan dalam pengambilan sampah plastik adalah karena sampah telah bertumpuk-tumpuk di sela-sela batu dan bercampur dengan sampah lainnya. Untuk itu pada pemulungan berikutnya diharapkan dapat dilengkapi dengan Garu dan Golok.
  • Bagi rekan-rekan yang membawa kamera diharapkan dapat menyetorkan gambarnya ke Mas Dwi untuk kebutuhan Blog Ciliwung dan kepentingan lainnya.
  • Aksi pemulungan sampah telah menjadi SHOCK THERAPY bagi warga Lebak Kantin khususnya. Namun aksi ini perlu diteruskan dengan aksi lainnya seperti pemasangan plang dan public edukasi (misalnya pemutaran film, dan laiannya).

Berikoetnya ?
  • Karung-karung sampah plastik dari Ciliwung telah ditumpuk. Lalu bagaimana membuat sampah tersebut bermanfaat.
  • Bagaimana mengajak komunitas lainnya, Selain L – IPB, untuk turt serta dalam aksi bersih Ciliwung yang rencananya akan dilakukan secara rutin.
  • Perlu dipikirkan lagi teknik pemulungan yang efektif, agar sampah yang diambil dapat dengan mudah diolah atau dipisahkan untuk dapat dijual.


Waktu pemulungan : 08.00 – 11.00 WIB
Waktu pengangkutan : 11.00 – 15.00 WIB
Jumlah peserta : l.k. 80 orang
Jumlah karung terisi : 106 karung

Lokasi pemulungan : Jembatan Jalak Harupat – Jembatan Lebak Kantin
Lokasi TPA : Kebun Mas Eko Dayak


Salam

M.Muslich

P.J. Pemulungan Sampah Ciliwung Perdana

Email : m.muslich@burung.org


Selasa, Maret 17, 2009

Sketsa Tjiliwoeng (Ciliwung)

Tjiliwoeng (Ciliwung), sungai yang melintasi wilayah Bogor, Jawa Barat hingga kawasan DKI Jakarta. Meander sungai yang berkelok-kelok dan mengular ini telah menyiratkan sejarah panjang betapa pentingnya (nilai strategis) keberadaan sungai yang menunjang kehidupan manusia pada setiap masanya. Sungai ini memberikan kemudahan bagi setiap pengguna manfaat di setiap masanya.

Sungai yang berhulu di kawasan puncak Bogor ini merupakan monumen alamiah yang menjadi sumber kebudayaan manusia mulai kebudayaan masyarakat purba sampai masyarakat masa kini. Menurut arkeolog Hasan Djafar Sepanjang aliran Ciliwung merupakan pusat peradaban sekaligus kegiatan perekonomian pada masa lalu. Ribuan artefak purbakala di bantaran Tjiliwoeng menjadi bukti betapa pentingnya eksistensinya kala itu.

Sejarah masa lalu adalah sejarah kejayaan dan kemasyhuran sungai ini. Ia telah melewati periode sejarah panjang dan berliku. Sungai ini menjadi saksi bisu sejarah panjang peradaban manusia di bumi, yang tak pernah berhenti untuk mengambil nilai manfaatnya. Sejarah Tjiliwoeng masuk dalam dimensi masa peradaban manusia purba, lalu masuk peradaban Padjajaran hingga manusia modern.

Besarnya nilai kemanfaatannya seolah tak ada lelahnya terus dan terus dieksploitasi hingga kini. Hingga dimana ia saat ini berubah fungsi peruntukkannya menjadi tempat pembuangan sampah terpanjang bahkan menjadi toilet gratis dan menyejukkan, bukan menjadi tempat untuk melangsungkan hidup yang asri.Namun dengan angkuhnya ia tetap mengalir dan memberi sumber penghidupan meskipun terkadang menjadi sumber ancaman (hazard potency) bagi penggunanya.

Kini kemurkaan DAS Tjiliwoeng telah menampakkan rupanya. Ia datang tatkala musim penghujan datang. Kengerian dan ancaman kerusakan serta kerugian dari bencananya adalah buah yang harus diunduh oleh masyarakat-manusia yang berprilaku cenderung merusak dan tak mengindahkan kelestarian lingkunganya. Ia kini cenderung sensitif dan menunjukkan kemurkaannya setiap tiba waktunya-musim hujan. Banjir Tjiliwoeng adalah bentuk ancaman dari deras lajunya jeram sungai, yang lebih disebabkan oleh keserakahan ulah tangan manusia (man made disaster) yang tak menghargai hidup harmoni bersama alam. Bencana banjir yang lebih banyak dipicu oleh kerusakan lingkungan DAS dan bukan bencana alam (natural disaster).

Ia kini menyempit dan terjepit diantara beton, seng, triplek, gubuk, dan gedek. Di hulunya sana, ia serasa diperkosa oleh kokoh bangunan tombok villa-vila menjulang mewah dan menghadang. Ia tak leluasa untuk bergerak. Ia tak ada ruang untuk menyerap dan meresapkan tetes air hujan di sekeliling dan sepanjang DAS. Ia hanya bisa meneruskan tingginya debit air yang memasuki badannya. Tak kuasa untuk menghambat laju limpasan air permukaan yang mengimbuhinya.

Sedangkan dihilirnya sana, ia berubah menjadi hitam pekat. Layaknya wajah seorang pendosa, meskipun ia tak pernah melakukan kejahatan sekalipun. Wujud yng sangat kontras dari awalnya
Ia hanya korban para lalim-durjana yang tak pernah mengerti apa arti keberadannya. Semua bentuk kejahatan manusia ini ia saksikan semuanya. Mungkin setiap detik Sampah B3 (Bahan Berbahaya Beracun) baik rumah tangga maupun industri menjadi santapan sehari-hari. Dan tinja pun berlenggak-lenggok, layaknya goyang gergaji sang dewi, yang mengapung mengikuti aliran jeramnya. Sungguh-sungguh ironi, energi besar dan sumber penghidupan bagi manusia sepanjang masa dihancurkan oleh tangan-tangan manusia sendiri.

Tjiliwoeng kini menunggu uluran tangan-tangan sang pengabdi-pecinta untuk berbagi dan membangun harmoni. Pada dasarnya ia tak pernah meminta untuk kita beri, ia hanya dan hanya meminta kesadaran sosial (social awareness) kita, yang tanpa tak kenal henti terus memanfaatkannya dan sekaligus meracuninya dengan sampah-sampah kita. Ia tak tak pernah menyisakan sampah. Ia hanya menyisakan kemanfaatan yang terkadang berbuah menjadi ancaman akibat ketidakmampuannya menannggng kebusukan sebagian diantara kita kepadanya, meskipun ia dibawah pengelolaan institusi pemerintah, yang terhormat, BP DAS Citarum-Ciliwung. Namun ia tetap saja pesakitan. Sekali lagi ia hanya menunggu kita semua.

Ditulis oleh Mustaghfirin
Email : mtfirin@gmail.com

Jumat, Maret 13, 2009

Aksi: Bersih Ciliwung Yuk - Sempur

Pada hari minggu 15 Maret 2009, kita akan membersihkan sungai Ciliwung. Di mulai jam 06:30 s/d 11:00 WIB, di lapangan sempur. Aksi bersih dan mulung sampah Ciliwung ini di koordinir oleh saudara Hari Kikuk (Forest Watch Indonesia).

Bagi anda yang mau ikut, tolong ng’regristrasi dulu ke Hari Kikuk (0856 123 5298). Pendaftaran tidak di pungut biaya. Aksi ini akan dilakukan terus (kontinue), dengan tema "
Ciliwung Ruksak; Hirup Balangsak
... kegiatan ini tidak mengatasnamakan organisasi/ kelembagaan ... dan hingga saat ini tidak memiliki donor ... karena bersifat sukarela .. ? voluntary ...

Kami ingin mengajak anda semua yang mempunyai perhatian dan waktu lebih akan kelestarian alam terutama sungai ..

Terima kasih untuk bergabung di hari minggu nanti tanggal 15 Maret 2009 di Lapangan Sempur Bogor.

Kamis, Maret 12, 2009

Pelanggaran DAS Tajur Bogor



Salah satu bentuk pelanggaran DAS bantaran Sungai Ciliwung, Kota Bogor yang hingga saat ini dibiarkan oleh pemerintah Kota Bogor..

Note=
Film ini karya kawan Agung.
Lengkapnya bisa dilihat pada link berikut:
http://www.youtube.com/watch?v=5K43hxo_vOM

Rabu, Maret 04, 2009

Semua Bermimpi

Beberapa minggu, beberapa bulan berdiskusi di mailist LAWALATA IPB (Perkumpulan Mahasiswa Pecinta Alam Institut Pertanian Bogor) mengenai apa yang bisa dilakukan untuk menunjukkan kita yang tinggal di Bogor bisa peduli terhadap Ciliwung sedikit ada titik terang.


Cerita pengalaman seseorang yang mancing di Sungai Ciliwung yang dapatnya hanya ikan sapu-sapu membuat beberapa anggota member mailist tertawa geli, terharu, dan kasihan. Entah itu kasihan terhadap orang yang mancingnya atau terhadap kondisi sungainya. Cerita semakin seru ketika seorang teman mengupload berupa foto apa saja yang dilihatnya selama menyusuri Sungai Ciliwung . Mulai dari foto orang buang hajat di sungai, sampah-sampah menumpuk dimana-mana. Lucunya lagi seorang teman ini sempat mengirim foto sebuah pakaian dalam wanita (BH) yang tersangkut di sebuah batu. Dari cerita dan foto yang dikirimkan seorang teman dimailist ini membuat kita semua tersentak, betapa runyam dan kompleksnya permasalahan yang dihadapi sungai ini.

Namun beberapa bulan yang lalu ini hanya baru sebatas bahan diskusi. Baru sebatas penyampaian ide-ide. Dan tak diduga, pada bulan Januari akhir KOMPAS sudah membuat sebuah Ekspedisi Ciliwung dan diekspose dalam Koran Harian KOMPAS selama beberapa hari. Diskusi semakin alot dan panas. Apalagi dipancing-pancing dengan kata-kata “Jangan hanya diskusi dong. Ide doang. Udah keduluan KOMPAS tuh”. Tapi bukan karena KOMPAS sudah membuat cerita mengenai Ciliwung kita bergerak. Kita bergerak dan mencoba melakukan aksi karena kita harus menyalurkan semangat dan ide yang selama ini hanya ada dalam bentuk sebuah tulisan disebuah mailist. Ide dan semangat ini jangan padam karena tidak ada yang mau memulai.

Sungai Ciliwung semakin meradang. Semakin tertekan. Sungai Ciliwung yang dulunya sangat asri dan mengalirkan air yang jernih. Mulai dari Zaman Penjajahan Belanda dan Jepang sungai ini sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Sekarang semua berubah. Sungai Ciliwung sekarang hanya sebagai tempat pembuangan sampah. Tidak ada lagi masyarakat yang mau mandi dan nongkrong-nongkrong di sungai ini. Tidak ada lagi yang mau mancing di sungai ini. Sudah banyak sampah dan berbagai macam kotoran disepanjang sungai ini.

Kita yang tinggal di Bogor terutama dan masyarakat diluar Bogor masih bisa bermimpi. Bermimpi Ciliwung bisa bersih dan asri. Entah itu berapa puluh tahun yang akan datang. Tapi setidaknya kita bisa berusaha mewujudkan mimpi itu. Bogor tidak bisa dipisahkan dari Ciliwung. Ciliwung tidak bisa dipisahkan dari Bogor.

Semoga ini awal mula yang baik untuk mewujudkan mimpi itu. Semoga akan ada banyak orang yang bermimpi seperti kami dan bergabung bersama kami mewujudkan mimpi-mimpi itu.

Salam,
Een Irawan Putra

Selasa, Maret 03, 2009

Dari Katulampa hingga Pasar Bogor

Beberapa waktu lalu saya iseng2 mencoba menyusuri Ciliwung dari Katulampa sampai Pasar Bogor. Sebelumnya saya pernah bermimpi tentang Tjiliwoeng Tempo Doeloe yang asri, indah, airnya bening, banyak anak kecil yang mandi dan bermain di sungai, serta ibu2 yang asik mencuci pakaian di tepiannya. Penyusuran yang saya lakukan kali ini bukanlah mimpi, namun kenyataan sesungguhnya yang saya temukan. Tujuan saya kala itu hanya satu, ingin tahu darimana asal tumpukan sampah di Ciliwung (Kota Bogor) dan apa penyebab sulitnya memancing ikan di sana.

Berikut hasil temuannya …



Air buangan atau limbah pabrik tekstil Unitex yang dialirkan ke Ciliwung. Konon katanya air limbah ini sudah disaring sedemikian rupa sebelum digelontorkan ke Ciliwung. Air yang dibuang ke Ciliwung (katanya) sudah bersih dan dapat diminum. Namun saya sendiri masih meragukannya. Jangan2 ini adalah cerita bohong belaka. Jika memang ini cerita betul, kenapa direktur pabrik tekstil tersebut atau managernya tidak coba minum air buangan tsb dan tunjukkan itu di depan publik ... berani atau tidak? Jangan2 mereka sendiri tidak berani.


Tempat pembuangan sampah di tepi Ciliwung. Sepertinya warga di sekitar tempat ini begitu gampang membuang sampah secara sembarangan. Tempat ini berbau busuk, lalat2 hijau beterbangan di atasnya, sangat menjijikkan. Kenapa tidak mencoba membuat lubang pembuangan sampah kemudian diurug dengan tanah? Jika itu dilakukan bukan tidak mungkin hasilnya bisa dijadikan pupuk.


Pembuangan sampah langsung di sungai. Tumpukannya lalu diaduk2 oleh kucing, itik dan ayam. Walhasil sampah jadi tercecer di mana-mana. Jika air tinggi Ciliwung meningkat saat musim hujan, saya yakin sampah2 tersebut pasti akan terbawa hingga Jakarta.


Ini memang bukan sampah yang umum. Ternyata bra juga dibuang di Ciliwung ... ckckckckck.


Di bagian lain Ciliwung, pada aliran air yang deras, sepertinya warga bantaran sungai tidak begitu mempedulikan kebersihan air. Seorang anak muda dengan santainya buang hajat di sungai ini. Setelahnya ia lalu melanjutkan ritualnya dengan mencuci muka dengan air Ciliwung dengan sabun pembersih muka. Mungkin maksudnya agar mukanya tidak berjerawat. Namun apa jaminannya? Mengingat air Ciliwung memang sudah kotor dari hulunya. Jangan2 muka anak muda itu justru bisa terkena penyakit kulit ....