Senin, April 18, 2011

Aer Tjiliwoeng Gatel ...

Share & Comment
Pada tanggal 17 April 2011, segerombolan kecil anggota KPC kembali melakukan aktivitasnya, mulung di Tjiliwoeng. Setelah adanya tambahan aktivitas yang lain, yaitu mulung sampah, mulung bibit, jalan atau soesoer, dan menanam hasil pulungan di Tjiliwoeng. Setelah agak lama rasanya tangan ini nggak dikotori dengan sampah-sampah Tjiliwoeng, berat memang rasa nya untuk melakukannya lagi.  Tapi apa daya kalau melihat kondisi tjiliwoeng yang semakin hari semakin tak terurus. Basah dan kotor adalah hal biasa yang selama perjalanan usia KPC yang akan beranjak kepala 3 (tiga).

Pagi itu saat sebagian kecil anggota KPC akan memulai aktivitasnya lagi, aku dan kawanku sempat mengamati beberapa tempat dan sudut bantaran Tjiliwoeng. Ternyata tempat yang pertama kali yang dijadikan aktivitas kegiatan KPC, waktu KPC baru seumur biji jagung, kini banyak perkembangannya. Kesadaran warga bisa jadi mulai tergugah.  Memang agak susah menumbuhkan kesadaran tanpa ada niatan yang tulus. Kesadaran seperti apa yang terjadi? Kesadaran warga kini gak membuang sampahnya ke sungai, dan adanya beberapa tulisan tentang pentingnya kebersihan lingkungan sekitar.  Walaupun tulisan ini yang membuat anggota TNI.

Doeloe di tempat ini (lapangan Lebak Kantin) pernah KPC manfaatkan sebagai tempat untuk memperingati hari jadi KPC yang pertama dan tempat penerimaan hadiah lomba mulung. Karena sejarah mulung sampah pertama kali di tempat ini, maka dipilihlah lapangan Lebak Kantin sebagai tempat untuk merayakan ultah KPC dengan berbagai kegiatannya. Kini tempat ini dijadikan tempat pemeliharaan bibit ikan lele.  Memang sejak doeloe tanah ini sempat dijadikan kolam ikan (empang). Tanah ini memang milik TNI, imbau-imbau tentang lingkungan sekitar mulai dipasang mulai dari imbauan tentang lingkungan dan tulisan tentang siapa yang piket untuk menjaga empang terpal TNI. Setelah mengamati sekitar sudut Tjiliwoeng sambil nunggu anggota yang lain saya dan temanku akhirnya memutus kan memasang spanduk KPC, mas kita pasang aja spanduk sekarang tutur teman ku. Ok kita pasang aja sepanduk ini di atas batu aja. Setelah spanduk berukuran lima meteran terpasang dengan khas logatnya orang berteriak "Tjiliwoeng Ruksak Hirup Balangsak". Gerombolan ini memulai aktivitasnya mulung sampah, tak berapa lama kami memulai mulung sampah ada dari arah
Lapangan Sempur yang jeprat-jepret ala photografer, entah apa yang di jeprat-jepretnya.


Kami pun melajutkan aktivitas kita memulung sampah, sampah memang banyak tapi kami memutuskan mulungnya yang ada di airnya. Selang tak begitu lama kami mulung air tjiliwoeng kok semakin lama semakin coklat pekat, batinku mengatakan mungkin di atas hujan, tapi masak sih hujan disini aja panas terik kayak ngini. Tapi kalau hujan bukan nya debit airnya semakin naik, aneh memang aneh debit air ngak naik eh malah tangan dan kakiku yang saat itu turun ke dalam air tjiliwoeng terasa gatal-gatal. Wah ada apa ya ini air tjiliwoeng kok coklat seperti ini dan air nya pun gatal tanyaku pada teman mulungku? mungkin ada yang buang limbah mas tutur teman ku.

Tak puas dengan jawaban temanku aku memutuskan setelah karung-karung yang disediakan oleh KPC terisi 6 karung, aku memutuskan istirahat sejenak di warung kopi di bantaran tjiliwoeng. Warung ini memang selalu rame banyak yang nongkrong, karna bersebelahan dengan pangkalan ojek. Sambil ngopi aku coba ngobro dengan beberapa warga yang tinggal di lebak kantin. Pak nggak biasanya Tjilioeng airnya coklat seperti ini? tanyaku. Iya mas memang gak biasanya hujan juga engak, kalau hujan airnya pasti gede mas. Jadi apa yang terjadi pada Tjiliwoeng saat ini Pak? tanyaku kembali. Mungkin ada yang buang limbah mas atau ada yang lagi nguras empang. Oh begitu yaa Pak ... ok lah Pak kalau begitu. Makasih.


Aku pun masih tak puas dengan jawaban warga lebak kantin. Aku coba tanyakan lagi pada orang orang yang menurut orang Lebak Kantin transit di bawah jembatan Jalak Harupat, Sempur. Orang yang kalau siang beraktivitas di bawah jembatan Jalak Harupat. Ada yang mencuci baju, ada yang tiduran, ada pula yang lagi masak di bawah jembatan. Pak ... sapa ku pada mereka. Ya mas ada apa ya? tanya balik si bapak. Aku mau tanya Pak, Bapak sering nggak beristirahat di bawah jembatan ini seperti sekarang? Sering mas ... emang kenapa tanya ketus? Oh nggak apa-apa Pak, ok kalau begitu aku boleh tanya yaa Pak? kenapa yaaa Pak air Tjiliwoeng jadi keruh seperti ini Pak? Wah aku juga gak tau mas, biasanya air Tjiliwoeng gak sekeruh ini.  Baru kali ini Tjiliwoeng keruh seperti yang kayak mas liat, tutur si bapak. Ok Pak makasi banyak.

Mungkin kalau ada yang tau kenapa air Tjiliwoeng keruh pada tanggal 17/04/2011 bisa kasih tau saya ... kenapa air Tjiliwoeng keruh dan gatal. Untuk rasa penasaran saya mencari jawaban.  Makasih banyak kalau ada yang tau dan mau ngabari saya.
Tags:

Komunitas Peduli Ciliwung Bogor berdiri sejak Maret 2009. Komunitas yang menginginkan adanya rasa kepedulian terhadap keberlangsungan sungai Ciliwung di Kota Bogor. 

1 Komentar:

Moes Jum mengatakan...

asli gatel emang air ciliwung ini, terutama yg mengalir di kawasan2 pemukiman. Saya sendiri menjadi korban langsungnya ... hiks

 

Artikel Populer

Tjiliwoeng on Facebook

Copyright © KOMUNITAS PEDULI CILIWUNG BOGOR | Designed by Templateism.com | Published by GooyaabiTemplates.com