Aksi mulung sampah oleh Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) terus bergulir setiap minggu. Pagi ini, Minggu 10 Mei 2009, merupakan aksi ke – 9 pemulungan sampah di sungai Cilwung. Banyak orang bilang angka 9, angka yang menguntungkan. Benarkah demikian ?
Pagi ini aku memasang banner khas KPC, bergambar mulut terbuka lebar berteriak menyuarakan “Ciliwung Ruksak Hirup Balangsak”. Hari Kikuk, datang agak telat, jadi aku mesti masang baner sendirian. Aku pastikan sebelum jam tujuh banner sudah terpasang di sekitar lokasi aksi. Sip, banner sudah terpasang, karung siap 50 lembar, mobil pengangkut sampah OK. Aksi pagi ini sudah siap. Tapi hatiku belum lagi tenang, bertanya-tanya siapa saja yang bakal ikut mulung pagi ini. Fluktuasi jumlah “pemulung’ memang tidak dapat diprediksi.
Sempur, lapangan basket dekat Wall climbing. Di tempat itu kami menunggu rekan-rekan “pemulung”. Hmmm...hampir jam delapan. Masih Hapsoro saja. Lagi, Hari Kikuk datang dengan mata yang masih sembab. “Habis ronda Pak, sampe jam lima” kata Hari membuka obrolan hangat pagi. Kemudian hadir Ruby dan Wildan, sayang mereka segera meluncur lagi menuju lokasi riset air di Kedung Badak. Hampir jam setengah sembilan. “Kayaknya mulung kali ini bakal bertiga aja nih” aku menggerutu. Rasanya ini bukan hari keburuntungan Komunitas Peduli Ciliwung. Tiba-tiba dari kerumunan, datang Findi dan Tojad. Hebat mereka, jauh-jauh dari Jakarta cuma mau mulung sampah di Ciliwung Bogor. Tidak lama kemudian datang Dian Novarina. Beliau ini bekerja di salah satu perusahaan bidang kehutanan, tinggal di daerah Baranansiang.
Akhirnya kami meluncur menuju titik pemulungan sampah. Ternyata di lokasi sudah menunggu Een sama Nono yang lagi asyik makan nasi uduk. Wah mantap, makin banyak aja nih yang mau mulung. Syukurlah makin siang-makin bertambah orangnya.... Dari sebuah belokan, munculah Rendro, Yuyun dan Totok. Selanjutnya Bob, Yoyon, dan Imam langsung terjun ke sungai. Belakangan hadir Irma dan Nino meramaikan pemulungan hari ini.
Lokasi pemulungan ke-9 dilakukan di bawah jembatan gantung di depan Gerbang kelurahan Kampung Rambutan. Jembatan besi berwarna kuning yang digantung ini melintasi daerah Sempur dan Kampung Rambutan. Kondisi sungai di titik ini penuh batu, rata tersebar di dalam sungai. Arus yang mengalir pun beriak putih, menabrak batu-batu yang menyembul ke permukaan air. Di bagian kanan, berbagai pepohonan tumbuh di bantaran sungai bagian kanan. Pemandangan kontra terjadi di bantaran sebelah kiri, dimana rumah-rumah dibangun bertepian dengan sungai Ciliwung dengan sampah yang bertebaran di bawahnya.
Een dan Nono, asyik mojok dibantaran bagian kanan, tepat di batang pohon yang roboh masuk ke dalam sungai sehingga beragam sampah tersangkut di batang tersebut. Mereka dengan asyiknya memungut dan memotong lilitan sampah, dan memasukannya ke dalam karung. Sampai berakhirnya pemulungan, mereka tidak beranjak dari tempat tersebut. Posisi Wuenak ya En......
Selain mobil pengangkut sampah yang sudah rutin, Dinas Kebersihan juga memberikan lima garpu sampah dan lima cangkul untuk KPC. Muga-muga bisa lebih bermanfaat, terutama untuk narik-narik sampah “Anaconda....”
Aksi mulung kesembilan juga diwarnai kejadian menggelikan. Kejadiannya saat seorang ibu dengan santainya membuang sampah dari atas jembatan, mas Yoyon, yang berada tepat dibawah jembatan kaget tak kepalang. Hampir semua sampahnya mengenai kepalanya. Untungnya ia bisa menangkap sampah tersebut, meski hanya satu bekas gelas air mineral. Sabar ya mas Yoyon, untung yang dibuang bukan botol kaca...hmmm...hari ini memang hari yang untung. Tetap semangat....
Pagi ini aku memasang banner khas KPC, bergambar mulut terbuka lebar berteriak menyuarakan “Ciliwung Ruksak Hirup Balangsak”. Hari Kikuk, datang agak telat, jadi aku mesti masang baner sendirian. Aku pastikan sebelum jam tujuh banner sudah terpasang di sekitar lokasi aksi. Sip, banner sudah terpasang, karung siap 50 lembar, mobil pengangkut sampah OK. Aksi pagi ini sudah siap. Tapi hatiku belum lagi tenang, bertanya-tanya siapa saja yang bakal ikut mulung pagi ini. Fluktuasi jumlah “pemulung’ memang tidak dapat diprediksi.
Sempur, lapangan basket dekat Wall climbing. Di tempat itu kami menunggu rekan-rekan “pemulung”. Hmmm...hampir jam delapan. Masih Hapsoro saja. Lagi, Hari Kikuk datang dengan mata yang masih sembab. “Habis ronda Pak, sampe jam lima” kata Hari membuka obrolan hangat pagi. Kemudian hadir Ruby dan Wildan, sayang mereka segera meluncur lagi menuju lokasi riset air di Kedung Badak. Hampir jam setengah sembilan. “Kayaknya mulung kali ini bakal bertiga aja nih” aku menggerutu. Rasanya ini bukan hari keburuntungan Komunitas Peduli Ciliwung. Tiba-tiba dari kerumunan, datang Findi dan Tojad. Hebat mereka, jauh-jauh dari Jakarta cuma mau mulung sampah di Ciliwung Bogor. Tidak lama kemudian datang Dian Novarina. Beliau ini bekerja di salah satu perusahaan bidang kehutanan, tinggal di daerah Baranansiang.
Akhirnya kami meluncur menuju titik pemulungan sampah. Ternyata di lokasi sudah menunggu Een sama Nono yang lagi asyik makan nasi uduk. Wah mantap, makin banyak aja nih yang mau mulung. Syukurlah makin siang-makin bertambah orangnya.... Dari sebuah belokan, munculah Rendro, Yuyun dan Totok. Selanjutnya Bob, Yoyon, dan Imam langsung terjun ke sungai. Belakangan hadir Irma dan Nino meramaikan pemulungan hari ini.
Lokasi pemulungan ke-9 dilakukan di bawah jembatan gantung di depan Gerbang kelurahan Kampung Rambutan. Jembatan besi berwarna kuning yang digantung ini melintasi daerah Sempur dan Kampung Rambutan. Kondisi sungai di titik ini penuh batu, rata tersebar di dalam sungai. Arus yang mengalir pun beriak putih, menabrak batu-batu yang menyembul ke permukaan air. Di bagian kanan, berbagai pepohonan tumbuh di bantaran sungai bagian kanan. Pemandangan kontra terjadi di bantaran sebelah kiri, dimana rumah-rumah dibangun bertepian dengan sungai Ciliwung dengan sampah yang bertebaran di bawahnya.
Een dan Nono, asyik mojok dibantaran bagian kanan, tepat di batang pohon yang roboh masuk ke dalam sungai sehingga beragam sampah tersangkut di batang tersebut. Mereka dengan asyiknya memungut dan memotong lilitan sampah, dan memasukannya ke dalam karung. Sampai berakhirnya pemulungan, mereka tidak beranjak dari tempat tersebut. Posisi Wuenak ya En......
Selain mobil pengangkut sampah yang sudah rutin, Dinas Kebersihan juga memberikan lima garpu sampah dan lima cangkul untuk KPC. Muga-muga bisa lebih bermanfaat, terutama untuk narik-narik sampah “Anaconda....”
Aksi mulung kesembilan juga diwarnai kejadian menggelikan. Kejadiannya saat seorang ibu dengan santainya membuang sampah dari atas jembatan, mas Yoyon, yang berada tepat dibawah jembatan kaget tak kepalang. Hampir semua sampahnya mengenai kepalanya. Untungnya ia bisa menangkap sampah tersebut, meski hanya satu bekas gelas air mineral. Sabar ya mas Yoyon, untung yang dibuang bukan botol kaca...hmmm...hari ini memang hari yang untung. Tetap semangat....
1 Komentar:
ehn itu pantat keliatan seolah di cetusi oleh batang kayu di depan nya he hw hw hw hw hw h kak
Posting Komentar