Aksi mulung yang ke 26 ini memang sedikit berbeda. Selain suasana masih bulan puasa yang membuat seluruh tubuh lemes, kita juga dibantu oleh satu teman yang berasal dari Wilayah Timur Indonesia, yaitu berasal dari Sorong, Papua Barat. Pria yang selalu senyum ramah ini sangat bersemangat membersihkan sungai ciliwung yang ada di Bogor. Tidak peduli siapa yang akan menikmati jika nantinya sungai ciliwung bisa bersih dan sehat, yang penting dia memang peduli terhadap lingkungan dan alam Indonesia.
Suasana hari minggu kemaren memang sangat panas dan terik. Dalam kondisi tubuh berpuasa seperti ini memang tidak hayal membuat seluruh tubuh lemes dan malas untuk melakukan aktivitas. Untuk menuju ketepian sungai ciliwung dan memang spanduk saja sepertinya tubuh sudah tidak sanggup. Tapi semua rasa lemes, males karena panes... Tapi semua itu harus dilawan. Mulung harus tetap dilakukan.
Awalnya kami hanya bertiga, tapi ketika sedang memasang spanduk satu orang teman lagi yaitu Indri datang dengan senyuman khasnya. "Cuma kalian bertiga yang datang" tanya Indri ketika sampai di tepian ciliwung. "Hehehe... iya" jawabku dengan rada-rada lemes tapi berusaha untuk selalu ceria.
Namun, yang cukup menakjubkan adalah perasaan lemes, suasana yang panas sekali dengan seketika hilang ketika kami turun ke sungai ciliwung. Ketika kami mulai memungut sampah dan memasukkan sampah tersebut kedalam karung angin berhembus perlahan disekitar sungai. Suasana yang terik menjadi lindung. Sinar terik matahari dihalangi oleh awan-awan yang ada dilangit. Subhanallah... Tuhan memang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Niat baik dan perbuatan baik memang selalu diberkahi oleh-Nya. Puasa saya yang tadinya terasa berat menjadi enteng. Saya tidak lagi haus dan tenggorakan lagi kering. Indahnya Bulan Ramadhan. Indahnya berpuasa.
Saya yang merasa tidak percaya berkali-kali menanyakan tentang apa yang terjadi kepada Hari dan Indri. "Terasa sejuk ngga? kenapa pas kita jalan kesini dan ketika pasang spanduk panas sekali ya? Sekarang kok jadi sejuk dan damai begini" ungkapku kepada mereka yang masih terheran-heran. Dengan suasana yang seperti ini kami tambah bersemangat untuk mengambil sampah-sampah yang ada didepan kami.
Sambil memungutin sampah dan memasukkannya kedalam karung, Agus yang dari Sorong bercerita kepada saya. "Klo di kampung saya sungainya masih bersih dan jernih. Een juga sudah pernah mandi di sungai kita toh?" Ungkapnya. Dengan senyum dan rasa kangen ingin ke sungai itu lagi saya menjawab "Iya Agus, saya sudah merasakan mandi disana. Ketika kita tinggal disana setiap hari kita mandi di sungai yang jernih dan bersih. Papua memang sungainya masih bersih dan jernih. Semoga sungai-sungai di Papua tidak seperti di Ciliwung ini. Jorok dan banyak sampah". "Iyo, saya tidak ingin sungai di kampung saya seperti ini" ungkap Agus.
"Yaahh.. semoga saja Gus. Cukup ciliwung saja yang sungainya yang sampai dengan saat ini masih menjadi sungai yang jorok dan menjadi tempat pembuangan sampah masyarakat. Jangan sampai sungai lainnya yang ada di Indonesia ini menjadi seperti ciliwung. Kita hanya bisa bermimpi sungai ciliwung ini bisa bersih dan sehat kembali. Anak-anak dan keluarga bisa menikmati sungai ini dengan perasaan ceria dan gembira. Orang-orang yang lewat dan melihat sungai ciliwung tidak lagi mengerenyitkan dahi karena melihat sungainya yang penuh sampah". Ucapku didalam hati sambil memasukkan sampah-sampah kedalam karung. Hari itu kami berempat berhasil mengumpulkan sebanyak 15 karung sampah.
Salam
Een Irawan Putra
Suasana hari minggu kemaren memang sangat panas dan terik. Dalam kondisi tubuh berpuasa seperti ini memang tidak hayal membuat seluruh tubuh lemes dan malas untuk melakukan aktivitas. Untuk menuju ketepian sungai ciliwung dan memang spanduk saja sepertinya tubuh sudah tidak sanggup. Tapi semua rasa lemes, males karena panes... Tapi semua itu harus dilawan. Mulung harus tetap dilakukan.
Awalnya kami hanya bertiga, tapi ketika sedang memasang spanduk satu orang teman lagi yaitu Indri datang dengan senyuman khasnya. "Cuma kalian bertiga yang datang" tanya Indri ketika sampai di tepian ciliwung. "Hehehe... iya" jawabku dengan rada-rada lemes tapi berusaha untuk selalu ceria.
Namun, yang cukup menakjubkan adalah perasaan lemes, suasana yang panas sekali dengan seketika hilang ketika kami turun ke sungai ciliwung. Ketika kami mulai memungut sampah dan memasukkan sampah tersebut kedalam karung angin berhembus perlahan disekitar sungai. Suasana yang terik menjadi lindung. Sinar terik matahari dihalangi oleh awan-awan yang ada dilangit. Subhanallah... Tuhan memang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Niat baik dan perbuatan baik memang selalu diberkahi oleh-Nya. Puasa saya yang tadinya terasa berat menjadi enteng. Saya tidak lagi haus dan tenggorakan lagi kering. Indahnya Bulan Ramadhan. Indahnya berpuasa.
Saya yang merasa tidak percaya berkali-kali menanyakan tentang apa yang terjadi kepada Hari dan Indri. "Terasa sejuk ngga? kenapa pas kita jalan kesini dan ketika pasang spanduk panas sekali ya? Sekarang kok jadi sejuk dan damai begini" ungkapku kepada mereka yang masih terheran-heran. Dengan suasana yang seperti ini kami tambah bersemangat untuk mengambil sampah-sampah yang ada didepan kami.
Sambil memungutin sampah dan memasukkannya kedalam karung, Agus yang dari Sorong bercerita kepada saya. "Klo di kampung saya sungainya masih bersih dan jernih. Een juga sudah pernah mandi di sungai kita toh?" Ungkapnya. Dengan senyum dan rasa kangen ingin ke sungai itu lagi saya menjawab "Iya Agus, saya sudah merasakan mandi disana. Ketika kita tinggal disana setiap hari kita mandi di sungai yang jernih dan bersih. Papua memang sungainya masih bersih dan jernih. Semoga sungai-sungai di Papua tidak seperti di Ciliwung ini. Jorok dan banyak sampah". "Iyo, saya tidak ingin sungai di kampung saya seperti ini" ungkap Agus.
"Yaahh.. semoga saja Gus. Cukup ciliwung saja yang sungainya yang sampai dengan saat ini masih menjadi sungai yang jorok dan menjadi tempat pembuangan sampah masyarakat. Jangan sampai sungai lainnya yang ada di Indonesia ini menjadi seperti ciliwung. Kita hanya bisa bermimpi sungai ciliwung ini bisa bersih dan sehat kembali. Anak-anak dan keluarga bisa menikmati sungai ini dengan perasaan ceria dan gembira. Orang-orang yang lewat dan melihat sungai ciliwung tidak lagi mengerenyitkan dahi karena melihat sungainya yang penuh sampah". Ucapku didalam hati sambil memasukkan sampah-sampah kedalam karung. Hari itu kami berempat berhasil mengumpulkan sebanyak 15 karung sampah.
Salam
Een Irawan Putra
2 Komentar:
hmmm 4 orang, suasana puasa, cuma sekitar 1,5 jam, 15 karung sampah ... mantaaap jaya artinya!!! Kayaknya para laskar karung KPC ini semakin lama semakin jago mulungnya yaa?
subhannallah empat orang berbuat kebaikan di bulan yang penuh berkah dan rahmat, semoga niat baik kalian ber empat dan yang mengagas ide nya di ridhoi oleh sang maha pencipta langit dan bumi serta isinya. Amin
Posting Komentar