Senin, April 06, 2009

Tim Riset Kunjungi Tjiliwoeng

Share & Comment
"Nas bangun!!! tadi Ubo telpon, katanya lo di suruh cepat ke BNI. Dah pada nunggu lama." kata Oon seraya membangunkanku pagi ini. "Busyet dah jam 07.00, mati aku!!" kataku spontan ketika melihat layar HPku. Bergegas aku cuci muka dan langsung starter motor menuju Kantor BNI yang berada di ujung Kampus IPB Darmaga.

Masih terasa berat mata ini kubuka. Tapi harus kupaksa "melek", mengingat kesepakatan rapat Tim Riset Tjiliwoeng tadi malam di Sekretariat LAWALATA-IPB. Sampai di di BNI ternyata teman-teman sudah pada kumpul dan siap berangkat. "Duh ngak enah nih rasanya" pikirku dalam hati. Tadi malam, kita sepakat untuk kumpul di pelataran BNI jam 06.30 WIB. Tapi berhubung saya jam 7 baru bangun, terpaksa kita jadi molor deh :) hehehe.

Hari ini Minggu 5 April 2009, Tim Riset Komunitas Tjiliwoeng yang terdiri dari Muslich dan Widi, Annas, Rubi dan Wildan dari HIMASPER, Ubo dari LAWALATA, Juli dan 3 orang dari UKF mengunjungi sungai Ciliwung Kota Bogor. Teman-teman HIMAKOVA dan HIMASIERA berhalangan ikut karena ada urusan. Namun mereka berencana untuk melihat lokasi pada hari lain.

Pagi ini ada 8 orang dari tim riset ditengah-tengah keramaian orang yang mengunjungi pasar kaget mingguan di kampus IPB. Kami memilih untuk mengendarai sepeda motor, mengingat jalanan macet karena hari ini ada kampanye partai politik. Selain itu, jarak antar lokasi satu dengan lainnya cukup jauh dan tidak mungkin dicapai dalam satu hari dengan berjalan kaki. Agenda kali ini adalah melihat dan menentukan titik pengamatan di lokasi yang telah ditentukan tim survey sebelumnya.

Lokasi pertama yang kita datangi adalah Pulo Geulis. Laskar Karung Tjiliwoeng hari ini juga mengadakan aksi pemulungan sampah disana. Selain itu, kita sudah "janjian" dengan Muslich (koord. Tim Riset Tjiliwoeng) dan Widi ketemu di sana. Sehingga kita dapat ikut nimbrung pada aksi pemulungan sambil mengamati lokasi. Sementara Laskar Karung beraksi, Muslich menjelaskan lokasi-lokasi yang memungkinkan untuk dijadikan tempat pengamatan. Dia menyarankan tim, untuk melihat Pulo Geulis juga. Untuk efisiensi waktu, disepakati jam 09.30 WIB kumpul di "jembatan merah". Artinya, waktu untuk pengamatan di Pulo Geulis selama 30 menit.

Padat dan rapat sekali Pulo Geulis ini. Hampir tidak ada jeda antara rumah satu dan lainnya. Jangankan lapangan sepak bola, untuk bermain kelereng pun anak2 harus menggangu orang yang lewat di gang yang lebarnya kira2 1,5 meter.

Menyusuri gang, tim riset mencari jalan untuk dapat turun ke sungai. Tiba disungai, seorang pemuda bertanya "mau cari siapa a'? ", "Oh tidak a', kami pengen lihat sungai aja" Jawabku. "oh kirain mau cari orang" lanjut pemuda yang memegang ayam jantan itu. Hari ini kami lihat aktifitas warga di sungai seperti, mencuci pakaian, memandikan ayam, buang air besar, mengambil pasir. Dan yang paling mengejutkan ada seorang pemuda didekat kami berdiri, melepaskan pakaian sampai telanjang bulat, mandi di pinggir sungai. Tidak ada rasa sungkan sama sekali, walaupun di sekelilingnya banyak orang. Mungkin sudah biasa bagi pemuda ini, pikir saya.

Rumah yang di pinggir sungai kebanyakan mempunyai saluran buangan air ke sungai. Terlihat pipa paralon yang keluar dari rumah. Bisa-bisa jika kita tidak hati-hati akan terkena sial kejatuhan atau menginjak kotoran manusia ketika berjalan di bawahnya. Terasa berjalan di septic-tank ketika menyusuri bantaran sungai di kampung yang membelah sungai Ciliwung ini. Selain itu juga terdapat sampah plastik yang menumpuk di beberapa tempat. Mungkin ini sudah menjadi kebiasaan atau mungkin juga mereka tidak punya pilihan lain, karena tidak ada lagi lahan untuk membuat tempat pembuangan.

Sekian lama keliling kampung Pulo Geulis, tiba-tiba HPku berbunyi, terlihat dilayar sebuah nama widi. "Annas Saya sudah di Jembatan Merah!" suara Muslich ketika kuangkat HP. Pertanda kita harus mengakhiri pengamatan disini. Tak terasa sudah 30 menit lamanya jalan-jalan di sungai. Lalu bersama tim lainnya saya menuju ke Jembatan Merah.

Sebelum beralih ke lokasi kedua, Muslich mengajak tim untuk melihat tempat lain yang tidak jauh lokasinya dari Pulo Geulis. Di tempat itu juga ada jembatan. Dari situ, kami mengamati sungai. Walaupun relatif dekat dengan Pulo Geulis, namun berbeda sekali kondisinya. Lebar sungai sekitar 2 meter, dan badan sungai terjal. Namun ada kesamaannya juga, yaitu di bantaran sungai terdapat tumpukan sampah dari plastik, styrofoam, botol dan lainya. Menurut Muslich, tempat ini perlu diambil datanya khususnya untuk karakteristik sungai. "Tempat ini merupakan penyempitan sungai Ciliwung", kata dia.

Setelah dirasa cukup lalu kami menuju ke lokasi kedua yaitu daerah Kebun Raya Bogor. Sampai di lapangan Sempur, ternyata macet sekali. Banyak orang berkaos kuning memenuhi lapangan pinggir sungai Ciliwung ini. Di sebelah selatan berdiri sebuah panggung, dan di sekeliling lapangan banyak terdapat bendera berwarna kuning juga. Mereka menunggu seorang pejabat yang akan berpidato pada siang ini. Melihat kondisi ini, kami mencari tempat yang agak sepi untuk mengamati lokasi sungai. Akhirnya dipilih sebuah jembatan di Desa Sempur yang tidak jauh dari lapangan. Setelah parkir motor, ada warga yang pada saat itu duduk di dekat parkir bertanya "mau ke tempat siapa dik?", "Tidak pak, kami mau lihat sungai aja" jawabku. "Emang Adik-adik ini dari mana?" lanjut bapak itu, "Kami dari IPB pak, Rencananya mau ada kegiatan di sungai bersama teman-teman komunitas Ciliwung dan Mengajak warga juga" jawabku sambil melangkah menuju jembatan untuk bergabung dengan lainnya.

Sedikit berbeda kondisi tempat ini dengan lokasi sebelumnya. Sungainya lebar, arusnya lebih kecil dan sampah tidak terlalu banyak. Namun masih kita temukan juga paralon saluran pembuangan yang mengarah ke sungai.

Beberapa menit kemudian Tim bergerak menuju lokasi ke tiga di Daerah dekat Jalan Baru Bogor. Di tempat ini, sungai dan badannya cukup lebar jika dibanding 2 lokasi sebelumnya. Tidak ada rumah yang langsung di pinggir sungai. Dari badan sungai ke rumah terdekat, ada jalan yang sudah di aspal. Sehingga kita tidak menemukan pipa paralon yang mengarah ke sungai.

Di tempat ini, terdapat sampah yang tersangkut di pohon. Saya menduga, Sungai Ciliwung pernah meluap sampai pada ketinggian kurang lebih 2 meter dari tanah. Karena landai, tim turun kebadan sungai yang berbatu itu. "Nas mana sih, biota yang lo maksud di metode kualitas air pakai indeks saprobik?" tanya Widi. Sayapun mengambil salah satu batu yang terendam di pinggir sungai, dan menunjukkan organisme yang menempel di batu ke Widi dan tim lainnya. "Ni ada hewan di sini" kata saya sambil membalikkan batu. "Organisme ini, setelah di cocokkan dengan gambar yang ada di lembar identifikasi maka akan ketahuan tingkat pencemaran di sungai ini" lanjutku. Semuanya mengangguk pertanda mengerti penjelasan saya.

Tak terasa sudah jam 11.00 WIB siang ini. Setelah mengamati keadaan sekitar lalu kami memutuskan untuk pulang. Tempat ini akan menjadi salah satu lokasi pengamatan kita nantinya. Sebelum pulang, ada yang mengingatkan untuk rapat persiapan pada hari jum'at 10 April sebelum melakukan pengamatan perdana.

Secara umum, lokasi pengamatan di bagi menjadi 3 klaster (cluster) besar. Klaster atas di daerah Pulo Geulis yang mewakili pola pemukiman penduduk yang padat, klaster tengah di sekitar Kebun Raya Bogor yang kita asumsikan sebagai hutan dimana interaksi manusia terhadap sungai kecil, klaster bawah di daerah Batukampa (Cilebut) mewakili perumahan yang teratur. Harapannya, pembagian lokasi ini dapat mewakili kondisi perairan sungai Ciliwung di Kota Bogor. (ARS/ Tim Riset Tjiliwoeng)
Tags: ,

Komunitas Peduli Ciliwung Bogor berdiri sejak Maret 2009. Komunitas yang menginginkan adanya rasa kepedulian terhadap keberlangsungan sungai Ciliwung di Kota Bogor. 

4 Komentar:

Dwi Lesmana mengatakan...

Makasih dah kasih kita gambaran atas kondisi Tjiliwoeng di sekitar Bogor ini. Kita tunggu ya photo2 yang bisa mewakili ketiga cluster ini.

Sukses tuk Bogor dan Tjiliwoeng.

aradinsyarif mengatakan...

Ok, Bos. Kemarin aku ngak bawa kamera. jadi ngak punya stock poto.

Berang mengatakan...

Ngeri... ahh..
Hebat kali tim riset ini :p

endah MSP mengatakan...

mau ikut lagi donx, observasi ke sungai berikutnya tapi sekitar bulan mei aja yahh..
hehehe...
biznya gy ujian nih anak-anak MSP
Semangat tRuz untuk Tim Riset Peduli Ciliwung!!!
Ganbatte!!

 

Artikel Populer

Tjiliwoeng on Facebook

Copyright © KOMUNITAS PEDULI CILIWUNG BOGOR | Designed by Templateism.com | Published by GooyaabiTemplates.com