Rabu, April 15, 2009

Wajah Mbah Tjiliwoeng di Pulo Gelius (2)

Share & Comment
Riset Kualitas Air dan Karakteristik Sungai
Dengan peralatan seadanya, akupun mulai turun ke Sungai untuk melakukan pengamatan dan pengukuran. Dasar yang licin ditambah dorongan massa air yang kuat, seringkali membuatku terjatuh dan kadang terseret arus. Hal ini juga memperlambat mobilitas dari satu titik pengamatan ke titik pengamatan yang lainnya dalam satu lokasi sampling. Setelah beradaptasi dengan keadaan, akhirnya kesulitan itu teratasi dan aku pun dapat melakukan kegiatan riset dengan lancar. Sementara Ubo yang tidak ikut turun ke sungai mulai mengambil dokumentasi dan mencatat berbagai data yang aku teriakkan.

Pengukuran dan observasi dilakukan dari pukul 09.00 hingga sekitar pukul 12.15 WIB. Karena sumberdaya orang terbatas, dari rencana 4 titik sampling yang telah disepakati hanya 2 titik yang dapat kami amati. Parameter yang diukur meliputi Karakteristik Sungai, Parameter fisika yang terdiri dari kedalaman, arus, dan lebar sungai dan Parameter Biologi terutama pada hewan atau organisme yang hidup di balik bebatuan yang menjadi bioindikator kualitas air sungai.

Lokasi 1. merupakan lokasi awal bermulanya percabangan sungai yang terletak di ujung paling selatan Pulo Geulis. Ditandai dengan badan sungai yang lebar. hasil pengukuran tercatat lebarnya sekitar 38,85 meter. Variasi kedalaman sungai dari 20 cm sampai 84 cm, dengan rata-rata 47,33 cm. Kecepatan arus sungai pun bervariasi dari 0,56 m/s sampai 1,25 m/s dengan rata-rata sebesar 0,78 m/s.



Lokasi 2. merupakan salah salah satu lokasi percabangan sungai terletak disamping kiri tengah Pulo Geulis, apabila mengikuti arah arus sungai. Lokasi ini dicirikan oleh banyaknya karamba yang digunakan penduduk untuk menambang pasir. Lebar sungai mencapai 12,42 meter. Arus sungai bervariasi dari 0,39 m/s sampai 0,81 m/s dengan rata-rata sebesar 0,50 m/s. Begitupun dengan kedalaman sungai yang bervariasi dari 25,5 cm sampai 52,5 cm dengan rata-rata 39,3 cm.

Sebelumnya, aku berfikir bahwa karamba-karamba ini terapasang disungai digunakan warga untuk budidaya ikan. Namun setelah aku tanyakan dan aku perhatikan dari dekat, ternyata keramba-keramba itu hanya digunakan warga untuk menambang pasir. Untuk kuantitas panennya, tak kutanyakan lebih detail seberapa banyak pasir yang terkumpul dalam karamba? berapa lama biasanya selang waktu yang diperlukan dari hari panen kesatu ke hari panen berikutnya?. semuanya belum sempat aku tanyakan.

Menurut salah satu warga yang kuwawancarai, dulu keramba-keramba tersebut digunakan warga untuk kegiatan budidaya ikan. Namun, seringnya banjir yang terjadi sehingga menyebabkan ikan banyak yang hilang terbawa arus air. Akhirnya sampai saat ini wargapun hanya memfungsikan keramba-keramba tersebut untuk "mengumpulkan" pasir saja.
Substrat sungai pada Lokasi 1. dan Lokasi 2. tidak jauh berbeda kondisinya. Keduanya terdiri dari pasir kasar, kerikil, dan batuan besar. Terlihat batuan-batuan banyak yang ditutupi oleh lumut dan sedikit endapan tanah sehingga permukaan licin saat terinjak. Selain itu, menurut informasi warga, pada saat hujan kedalaman sungai bertambah tinggi bahkan sempat naik hingga mencapai kurang lebih 3 meter saat hujan besar (baca; deras) dan saat hujan kecil mencapai 70 cm.

(Rubi Vidia Kusumah / Tim Riset Kualitas Air)

Tags:

Komunitas Peduli Ciliwung Bogor berdiri sejak Maret 2009. Komunitas yang menginginkan adanya rasa kepedulian terhadap keberlangsungan sungai Ciliwung di Kota Bogor. 

1 Komentar:

Moes Jum mengatakan...

hmmm nambang pasir pake keramba??? baru tau nih ...

 

Artikel Populer

Tjiliwoeng on Facebook

Copyright © KOMUNITAS PEDULI CILIWUNG BOGOR | Designed by Templateism.com | Published by GooyaabiTemplates.com