Tidak terasa sudah seumur jagung komunitas kita ini usianya dan banyak aja yang tertarik en tertipu dengan kerjaan kelompok ini mungutin sampah di ciliwung. Malah urang-urang bule juga kena tipu....
Sampai-sampai urang-urang bule ini mau ngadain acara yang sama di negerinya sono, bersih-bersih sungai juga, supaya dianggap gaul kaya urang di indonesia katanya. Malah seorang bule ini, ngobrol ama diriku, spik-spik ingris kriting. “Apakah gaya kaya gene, maksudnya “mulung” bisa di bawa ke budaya orang bule sono”?. “Its oke”, aku bilang, kenapa tidak? ...
Aku bilang aja, sebab mulung alias ngumpulin sampah udah menjadi ladang bisnis di indonesia ini, dan orang-orangnya kreatif serta saling ketergantungan. Ada yang buang sampah sembarangan, dan ada yang ngambil dan menjualnya, jadi pemerintah indonesia tidak monopoli terhadap kerjaan, karena tidak semua bidang usaha yang di kuasai oleh pemerintah, tetapi masyarakat kecil juga bisa menguasainya, contohnya “mulung”.
Dan setelah kami berdua ngobrol2 di jembatan penyebrangan pulo geulis, tidak sengaja kami melihat seorang ibu yang membuang sampah ke sungai. Si bule langsung tanya “ kok masih ada yang buang sampah sembarangan”? ujarnya. “Itu bukan membuang sembarangan, tetapi dia memberikan pekerjaan pada temannya di bagian hilir pulo ini, karena ada yang udah nampung di bagian hilir dan cara paling efesien untuk mengirimkan barang adalah lewat sungai ciliwung, apalag arusnya deras,..lebih cepat dan tanpa biaya”, ujarku bangga. Teman bule ku ini terkesima...”hebat” katanya.
Dalam pikiranku satu lagi urang bule ke tipu oleh komunitas ciliwung ini, hebat euy..semakin banyak orang tertipu dengan aksi kita semakin banyak yang prihatin terhadap mbah Tjiliwoeng.
Sampai-sampai urang-urang bule ini mau ngadain acara yang sama di negerinya sono, bersih-bersih sungai juga, supaya dianggap gaul kaya urang di indonesia katanya. Malah seorang bule ini, ngobrol ama diriku, spik-spik ingris kriting. “Apakah gaya kaya gene, maksudnya “mulung” bisa di bawa ke budaya orang bule sono”?. “Its oke”, aku bilang, kenapa tidak? ...
Aku bilang aja, sebab mulung alias ngumpulin sampah udah menjadi ladang bisnis di indonesia ini, dan orang-orangnya kreatif serta saling ketergantungan. Ada yang buang sampah sembarangan, dan ada yang ngambil dan menjualnya, jadi pemerintah indonesia tidak monopoli terhadap kerjaan, karena tidak semua bidang usaha yang di kuasai oleh pemerintah, tetapi masyarakat kecil juga bisa menguasainya, contohnya “mulung”.
Dan setelah kami berdua ngobrol2 di jembatan penyebrangan pulo geulis, tidak sengaja kami melihat seorang ibu yang membuang sampah ke sungai. Si bule langsung tanya “ kok masih ada yang buang sampah sembarangan”? ujarnya. “Itu bukan membuang sembarangan, tetapi dia memberikan pekerjaan pada temannya di bagian hilir pulo ini, karena ada yang udah nampung di bagian hilir dan cara paling efesien untuk mengirimkan barang adalah lewat sungai ciliwung, apalag arusnya deras,..lebih cepat dan tanpa biaya”, ujarku bangga. Teman bule ku ini terkesima...”hebat” katanya.
Dalam pikiranku satu lagi urang bule ke tipu oleh komunitas ciliwung ini, hebat euy..semakin banyak orang tertipu dengan aksi kita semakin banyak yang prihatin terhadap mbah Tjiliwoeng.
4 Komentar:
mener apa lagi iki he tjerita mbak tjiliwoeng. tjiliweong kan bukan penipu tapi suatu kebangan tersendiri bagi si mbah yang tidak pernah menipu melainkan melakukan adu bangganya mbak tjiliwoeng bisa mengecok tamunya yang mana tamunya udah mulai terkecoh haa haaa haaaa ha ah ayh..............! salam meneran kikuk tok
hati2 ntar bule-nya liat web jadi tau klo dia ketepu.... huehuehue
biar dia nipu temanya lagi.../..he..he...
semakin banyak yg kena tipu semakin berhasil komunitas ini menambah ke prihatinan terhadap si mbah tjiliwoeng
hidoep penipoe!!! hidoep tjiliwoeng!!!
Posting Komentar