Aliran sungai itu terhambat oleh bangunan beton setinggi pinggang orang dewasa. Berdiri kokoh dan melintang sepanjang lebar sungai membentuk pagar yang membendung sebagian massa air sungai. Di belakang bangunan, air sungai tampak tenang mengalir tak ada riak sedikitpun. Setelah air melalui beton penghalang tersebut, barulah air sungai mulai menunjukkan sifat aslinya. Itulah sedikit gambaran karakteristik sungai Ciliwung di perumahan Cilebut Bumi Pertiwi, Bogor. “Lokasi yang menarik untuk menangkap anakonda!!!...meskipun dari segi ekologis akan menghambat jalur migrasi ikan”, pikirku.
Tidak jauh di depan bendungan kecil tersebut, sekitar 5-6 meter mengikuti arah aliran sungai, terdapat patahan membentuk jurang sedalam dua kali tinggi orang dewasa. Di tempat ini, air sungai tampak deras mengalir lalu kemudian terjun menuruni jurang tersebut. Diantara bangunan dan patahan inilah para volunteer (baca: “peserta”) yang tergabung dalam Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) Bogor mulai menyebrangi sungai Ciliwung. Sang Kapiten Ejhonski bersama Meneer Hari mengawali misi penyebrangan ini sekaligus memberi contoh pada para peserta lainnya untuk menyebrang. Dengan memanggul baliho “Ciliwung Ruksak Hirup Balangsak”, Sang Kapiten Ejhon yang diikuti Meneer Hari pun mulai memperlihatkan kebolehannya melakukan ginkang menaklukkan derasnya arus sungai Ciliwung. “Nih gini caranya kalau mau nyebrang di sungai ini!”, mungkin itulah yang terpikir di kepala Sang Kapiten dan Meneer-nya saat itu. Para peserta lainnya pun segera mengikuti keduanya dari belakang. Diantara peserta yang hadir tampak teman-teman dari Majalah GATRA dan juga Kepala Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Bapak Sumarto beserta satu putra dan satu putrinya.
Sampai di sebrang sungai, Sang Kapiten Ejhon beserta Meneer Hari dengan bantuan seorang pemuda bernama Budi segera memasang baliho menandai lokasi aksi mulung ke-17 (baca: “Lomba Nangkep Anakonda (sampah anorganik) Ciliwung”), Minggu, 5 Juli 2009. Setelah baliho terpasang diikuti berkumpulnya para peserta di sebrang sungai, Sang Kapiten pun segera menjelaskan aturan main “Lomba Nangkep Anakonda Ciliwung” ini. “Aturannya sederhana, tangkap saja anakonda-anakonda itu sebanyak-banyaknya dan waktunya dibatasi sampai jam 11.00 siang”, Kapiten Ejhon menjelaskan. Tidak lama kemudian masing-masing peserta pun segera mengambil karung satu persatu dan berpencar mencari dan menangkapi anakonda-anakonda Ciliwung. Tiga keluarga (keluarga Moes Jum, Ejhonski, dan Pak Sumarto) dan para peserta lainnya tampak saling bersaing untuk memenangkan perlombaan hari ini.
Sekitar lebih dari jam 11.00 siang, akhirnya perlombaan pun diakhiri. Dari 19 orang total peserta (termasuk anak-anak) yang hadir dalam perlombaan ini terkumpul sebanyak 64 anakonda Ciliwung dan sekitar lebih dari jam 12.35, anakonda-anakonda ini pun diangkut mobil kebersihan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Bogor yang dikomandoi oleh Pak Rekas.(*)
“Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah hadir pada aksi mulung ke-17, terutama kepada Bapak Sumarto; teman-teman dari Majalah GATRA; Budi; dan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Bogor. Semoga pada aksi-aksi berikutnya bisa hadir kembali. NGOMONG-NGOMONG, YANG JADI PEMENANG LOMBANYA SIAPA YA...???.”
Dilaporkan oleh:
Ruby Vidia Kusumah
Tidak jauh di depan bendungan kecil tersebut, sekitar 5-6 meter mengikuti arah aliran sungai, terdapat patahan membentuk jurang sedalam dua kali tinggi orang dewasa. Di tempat ini, air sungai tampak deras mengalir lalu kemudian terjun menuruni jurang tersebut. Diantara bangunan dan patahan inilah para volunteer (baca: “peserta”) yang tergabung dalam Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) Bogor mulai menyebrangi sungai Ciliwung. Sang Kapiten Ejhonski bersama Meneer Hari mengawali misi penyebrangan ini sekaligus memberi contoh pada para peserta lainnya untuk menyebrang. Dengan memanggul baliho “Ciliwung Ruksak Hirup Balangsak”, Sang Kapiten Ejhon yang diikuti Meneer Hari pun mulai memperlihatkan kebolehannya melakukan ginkang menaklukkan derasnya arus sungai Ciliwung. “Nih gini caranya kalau mau nyebrang di sungai ini!”, mungkin itulah yang terpikir di kepala Sang Kapiten dan Meneer-nya saat itu. Para peserta lainnya pun segera mengikuti keduanya dari belakang. Diantara peserta yang hadir tampak teman-teman dari Majalah GATRA dan juga Kepala Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Bapak Sumarto beserta satu putra dan satu putrinya.
Sampai di sebrang sungai, Sang Kapiten Ejhon beserta Meneer Hari dengan bantuan seorang pemuda bernama Budi segera memasang baliho menandai lokasi aksi mulung ke-17 (baca: “Lomba Nangkep Anakonda (sampah anorganik) Ciliwung”), Minggu, 5 Juli 2009. Setelah baliho terpasang diikuti berkumpulnya para peserta di sebrang sungai, Sang Kapiten pun segera menjelaskan aturan main “Lomba Nangkep Anakonda Ciliwung” ini. “Aturannya sederhana, tangkap saja anakonda-anakonda itu sebanyak-banyaknya dan waktunya dibatasi sampai jam 11.00 siang”, Kapiten Ejhon menjelaskan. Tidak lama kemudian masing-masing peserta pun segera mengambil karung satu persatu dan berpencar mencari dan menangkapi anakonda-anakonda Ciliwung. Tiga keluarga (keluarga Moes Jum, Ejhonski, dan Pak Sumarto) dan para peserta lainnya tampak saling bersaing untuk memenangkan perlombaan hari ini.
Sekitar lebih dari jam 11.00 siang, akhirnya perlombaan pun diakhiri. Dari 19 orang total peserta (termasuk anak-anak) yang hadir dalam perlombaan ini terkumpul sebanyak 64 anakonda Ciliwung dan sekitar lebih dari jam 12.35, anakonda-anakonda ini pun diangkut mobil kebersihan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Bogor yang dikomandoi oleh Pak Rekas.(*)
“Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah hadir pada aksi mulung ke-17, terutama kepada Bapak Sumarto; teman-teman dari Majalah GATRA; Budi; dan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Bogor. Semoga pada aksi-aksi berikutnya bisa hadir kembali. NGOMONG-NGOMONG, YANG JADI PEMENANG LOMBANYA SIAPA YA...???.”
Dilaporkan oleh:
Ruby Vidia Kusumah
5 Komentar:
mantap..jgn lupa minggu depan ya..kita maen lagi eh..maksudku kita nyebur lagi ....
ayo donk yang lain juga ikut!!!...perlu tenaga extra untuk tangkap itu anakonda!!!...Mari...mari!!!
mari kita tangkap itu anakonda ciliwung!!!
Wahaii para anakonda van Tjileboet ... kowe orang ndhak bakal bisa nyoempoet ke mana poen kalo gerombolan pemoeloeng KPC dateng njeboer. Inget adja minggoe depan kami akan ngoeber-ngoeber kowe orang.
Moes Jum, itoe gambar di atas jang depan itoe orang poenja nama SANG KAPITEN EJHONSKI n jang belakangnja itoe orang punja nama MENEER de KIKOEK. Disini MENEER de KIKOEK memang terlihat sedikit lebih tjantik dari biasanja....hehehe.
Moes Jum emang kowe orang masih koewat boewat ngoeber-ngoeber itoe anakonda van Tjileboet????...hehe
Posting Komentar