Anak-anak memang tak bisa jauh dari air. Tidak hanya di kampung yang nun jauh di pedalaman, anak kota pun suka pada air. Tempat-tempat berair telah menjadi tempat yang menyenangkan bagi mereka. Terlebih jika mereka sudah basah, maka mereka akan semakin senang berbasah-basah. Mungkin ini sudah naluri manusia sejak berada di kandungan. Bisa saja ini hanya sebuah hipotesa “ngawur” tentang naluri manusia, namun saya yakin tak ada satu pun orang yang membantah penyataan bahwa manusia hidup di air (baca: air ketuban) semasa dalam kandungan.
Hari minggu kemarin (25 Oktober 2009) membuktikan kedekatan hubungan anak-anak dengan air. Para laskar karung KPC mendapat kunjungan dari sejumlah anak-anak. Memang jumlahnya tidak sampai puluhan. Namun mereka itu semua adalah anak-anak, bukan 1 atau 2 orang anak. Sebagian besar dari mereka adalah murid-murid SD BPK Penabur Sentul. Selebihnya adalah anak-anak para laskar karung yang rindu akan berbasah ria mengambil sampah di Sungai Ciliwung. Juga ada beberapa anak yang dibawa oleh seorang karyawati perusahaan swasta di Jakarta.
Senang rasanya melihat keceriaan dan antusiasme anak-anak itu. Pada awalnya mereka datang malu-malu. Kaki mereka terasa berat untuk melangkah di atas tanah becek dan berbatu di tepi sungai. Bibir-bibir mungil mereka tampak menyeringai jijik dengan tumpukan sampah yang tersangkut di tepian serta di batu-batu sungai. Namun keadaan ini tak berlangsung lama. Setelah mendapatkan penjelasan beberapa menit dari Oom Ruby dari tim riset KPC, mereka jadi terbiasa. Rasa ingin tahu yang besar telah menghapus rasa jijik mereka. Uji coba perubahan warna pada kertas lakmus pun jadi sebuah hal baru yang menarik perhatian mereka. Walau terkadang “bengong” dan tidak paham dengan istilah ilmiah yang dijelaskan oleh Oom Ruby, namun mata mereka lekat memperhatikan semua penjelasan itu. Di akhir sessi penjelasan, mereka pun memulai eksperimen kecil untuk mengambil sampel-sampel air sungai Ciliwung yang kotor tanpa ragu. Eksperimen kecil mereka menunjukkan bahwa kualitas air sungai Ciliwung ini tergolong “tidak baik”. Yaa … mereka telah menjadi saksi langsung tentang buruknya kualitas air Ciliwung di Bogor.
Tak cukup dengan eksperimen, anak-anak itu pun diajak serta untuk melakukan aksi langsung. Para laskar karung KPC pun tak segan lagi mengajak anak-anak itu memungut sampah-sampah anorganik langsung dari sungai. Masing-masing anak pun dibekali dengan karung untuk diisi sampah. Tak dinyana, anak-anak itu masih tampak bersemangat dan gembira melakukannya. Beberapa dari mereka bahkan rela membasahi hampir seluruh badannya karena berusaha mengejar sampah plastik yang terapung di sungai.
Sungguh … ini adalah pengalaman menarik bagi semua. Menarik karena anak-anak itu menemukan keceriaan dalam bentuk lain, tak hanya di mal-mal atau tempat rekreasi yang steril. Menarik juga bagi para laskar karung karena anak-anak pun turut ambil bagian dalam upaya menyelamatkan Ciliwung. Bagi orang-orang lain yang menontonnya … hal ini juga menarik. Karena semangat anak-anak yang tidak ragu memulung sampah Ciliwung setidaknya telah menumbuhkan rasa malu dalam diri mereka.
Terima kasih buat para anak-anak yang telah hadir berbasah-basah dalam Aksi Mulung ke-31 di Kedung Halang, Bogor. Semoga kehadiran kalian dapat menjadi awal yang baik bagi kesadaran warga (terutama Bogor) untuk memperhatikan kebersihan Sungai Ciliwung tercinta ini.
Hari minggu kemarin (25 Oktober 2009) membuktikan kedekatan hubungan anak-anak dengan air. Para laskar karung KPC mendapat kunjungan dari sejumlah anak-anak. Memang jumlahnya tidak sampai puluhan. Namun mereka itu semua adalah anak-anak, bukan 1 atau 2 orang anak. Sebagian besar dari mereka adalah murid-murid SD BPK Penabur Sentul. Selebihnya adalah anak-anak para laskar karung yang rindu akan berbasah ria mengambil sampah di Sungai Ciliwung. Juga ada beberapa anak yang dibawa oleh seorang karyawati perusahaan swasta di Jakarta.
Senang rasanya melihat keceriaan dan antusiasme anak-anak itu. Pada awalnya mereka datang malu-malu. Kaki mereka terasa berat untuk melangkah di atas tanah becek dan berbatu di tepi sungai. Bibir-bibir mungil mereka tampak menyeringai jijik dengan tumpukan sampah yang tersangkut di tepian serta di batu-batu sungai. Namun keadaan ini tak berlangsung lama. Setelah mendapatkan penjelasan beberapa menit dari Oom Ruby dari tim riset KPC, mereka jadi terbiasa. Rasa ingin tahu yang besar telah menghapus rasa jijik mereka. Uji coba perubahan warna pada kertas lakmus pun jadi sebuah hal baru yang menarik perhatian mereka. Walau terkadang “bengong” dan tidak paham dengan istilah ilmiah yang dijelaskan oleh Oom Ruby, namun mata mereka lekat memperhatikan semua penjelasan itu. Di akhir sessi penjelasan, mereka pun memulai eksperimen kecil untuk mengambil sampel-sampel air sungai Ciliwung yang kotor tanpa ragu. Eksperimen kecil mereka menunjukkan bahwa kualitas air sungai Ciliwung ini tergolong “tidak baik”. Yaa … mereka telah menjadi saksi langsung tentang buruknya kualitas air Ciliwung di Bogor.
Tak cukup dengan eksperimen, anak-anak itu pun diajak serta untuk melakukan aksi langsung. Para laskar karung KPC pun tak segan lagi mengajak anak-anak itu memungut sampah-sampah anorganik langsung dari sungai. Masing-masing anak pun dibekali dengan karung untuk diisi sampah. Tak dinyana, anak-anak itu masih tampak bersemangat dan gembira melakukannya. Beberapa dari mereka bahkan rela membasahi hampir seluruh badannya karena berusaha mengejar sampah plastik yang terapung di sungai.
Sungguh … ini adalah pengalaman menarik bagi semua. Menarik karena anak-anak itu menemukan keceriaan dalam bentuk lain, tak hanya di mal-mal atau tempat rekreasi yang steril. Menarik juga bagi para laskar karung karena anak-anak pun turut ambil bagian dalam upaya menyelamatkan Ciliwung. Bagi orang-orang lain yang menontonnya … hal ini juga menarik. Karena semangat anak-anak yang tidak ragu memulung sampah Ciliwung setidaknya telah menumbuhkan rasa malu dalam diri mereka.
Terima kasih buat para anak-anak yang telah hadir berbasah-basah dalam Aksi Mulung ke-31 di Kedung Halang, Bogor. Semoga kehadiran kalian dapat menjadi awal yang baik bagi kesadaran warga (terutama Bogor) untuk memperhatikan kebersihan Sungai Ciliwung tercinta ini.
3 Komentar:
"...Walau terkadang “bengong” dan tidak paham dengan istilah ilmiah yang dijelaskan oleh Oom Ruby, namun mata mereka lekat memperhatikan semua penjelasan itu..."
hihihi bener juga ya pasti bengong n ga ngerti...maafkan Om ya anak2...hehe. Semoga bisa menjelaskan lebih baik lagi di waktu yang akan datang.
tapi kedatangan adik2 kecil dari SD Penabur kemarin nambah semangat dan dukungan buat KPC-ers. Buat Aku pribadi sangat senang dengan Riset n Mulung kemarin. Mungkin buat Om Oiek n Om Kikuk stuju dengan pendapat-ku.
Tks buat adik2 dari SD Penabur ditunggu lagi kedatangannya ya. Dan untuk sekolah2 lain (TK, PAUD, SD, SMP, SMA) ada yang berani ikut mulung n riset bareng KPC??? Kami (KPC) tunggu kedatangannya di sungai Ciliwung.
Salam,
RUBY
Eh itu di Foto terakhir anak-nya Ejhon lagi cari apaan ya??? bukannya "Sang Ayah" ada di pinggir kali??..hehe
Ruby lagi
mau tau Moes Jum kecil sedang penasaran??? coba perhatikan foto pertama...
lagi-lagi si Ruby
Posting Komentar