By: Laraseastsia
Apa yang Kamu pikirkan
tentang sarap? Ha...
Aku ingat cerita seorang
teman Ku tentang daun yang bermetamorfosis menjadi plastik-plastik yang
berisikan tetesan air, tidak terbayang bila daun kangkung yang kita makan itu
adalah plastik hasil dari metamorphosis daun. Begitulah kenyataan yang harus
dihadapi di-era sekarang, semua dapat bermetamofosis dengan cepat dan dapat
menjadi apapun yang mereka suka termasuk orang-orang “sarap” ini. Ingin
menyalahkan budaya? budaya siapa, budaya yang mana,budaya apa? Membuat pusing
sendiri saja, Baiklah Aku akan menceritakan tentang sarap-sarap yang perna Aku
lihat, di pikiran Ku hanyalah satu… Apa jadinya bila air hidup didalam sarap
ini, Tuhan… Aku hampir menghela nafas yang cukup panjang tentang sarap ini.
Mengikuti komunitas yang peduli dengan air dan sampah adalah
sebuah catatan baru dalam hidup Ku karena catatan yang harus dipikirkan dan
mencari solusinya. Ciliwung… lebih detailnya adalah Sungai Ciliwung, beberapa
orang yang peduli dengan sungai ini mereka bukanlah duyung yang butuh
pertolongan karena habitatnya hancur. Aku melihat sendiri bagaimana sarap-sarap
ini mulai merajalela disungai, membuat kerajaan-kerajaan kecil di dalam sungai,
dan itu sangatlah mengerikan. Apakah kamu perna mendengar sampah masyarakat?
Itulah dewa dari kerajaan-kerajaan sarap tersebut di sungai. Terkadang aku
berpikir di depan kipas angin dalam ruangan kecil Ku bahwa, nikmat kesadaran
itulah yang membuat alam kadang murka kepada isi alam itu sendiri, nikmat kesadaran
tersebut tidak perna dipakai dengan manusia yang secara tidak langsung manusia
yang hidup punya rasa “sadar”. Aku mlihat manusia–manusia ini, mecoba masuk
dalam tatapan -tatapan mereka dan Aku alihkan lagi tatapan Ku ke sungai
Ciliwung ini, Aku bisa merasakan teriakan air tersebut yang membuat dada Ku
sesak dan hanya bisa Ku ceritakan dalam tulisan-tulisan Ku saja.
Apa yang Kamu pikirkan tentang Sarap? Ha...
Aku ingat tentang cerita seorang teman baruku yang begitu semangat
menceritakan keindahan sungai bila tidak ada kerajaan sarap di sungai, butuh
kesadaran dan digerakkan dengan tubuh untuk berbuat tanpa pamrih apapun dan
dari siapapun. Aku ingin tulisan Ku kali ini tidak mengandung advokasi apalagi
provokasi, tetapi mengandung sebuah kesadaran dan imajinasi secara otomatis
setelah membacanya. Bolehkah Aku berharap dalam tulisan Ku ini, walaupun
berharap kepada manusia itu adalah kesakitan dalam keingkarannya, ya… Aku
berharap jangan terlalu ringan tangan untuk membuang suatu yang penting (Sarap)
sesuka kalian sehingga mencelakakan keselamatan manusia lainnya. “Hom.. Pimpa…
Halayum Gambreng” dari Tuhan kembali ke Tuhan mari bermain, Aku yakin
Tuhan juga tahu bagaimana tuhan memberikan ciptaanya berbentuk permainan dalam
olah pikir manusia, agar manusia tidak larut menjadi manusia yang tidak acuh
terhadapa permainan itu sendiri. Hayoklah sinomim dari kata sampah = sarap,
jadikan mereka permainan yang berguna bagi Kita dan bukan untuk dibuang
sembarang tempat setelah kalian tidak membutuhkannya lagi.
By: Laraseastsia
----
0 Komentar:
Posting Komentar