Kalau di awal mulung, kejijikan berkisar di seputaran bentuk fisik sampah (baik sampah plastik maupun sampah organik buangan manusia) yg mengalir dan ada di badan sungai, maka semakin ke sini kejijikan itu terus berlanjut dan berkembang baik tingkat kejijikan dan jenis sampahnya.
Sumber penyebab sampah tuh bukan melulu bungkusan kantong kresek hitam berisi sampah bekas masak yg biasanya dibuang ibu-ibu. Tapi juga pabrik berskala kecil, sedang dan besar. Istilahnya ada yg membuang satu-satu orang atau bersama-sama. Misalnya gorong-gorong buangan dari sebuah kompleks perumahan yg berpenghuni ratusan rumah. Buih busa putih bekas buangan sabun bisa dengan mudah dikenali. Tumpukan lalat ijo yg ukurannya gede-gede terlihat mencolok mengerubungi kulit ikan sapu-sapu yg bertotol-totol polkadot. Mungkin benar nih populasi ikan yg tahan banting sudah melimpah di Sungai Ciliwung. Sehingga ada banyak orang yg memanfaatkan limpahan sumberdaya ini. Kata Om Kikuk sih emang gurih rasanya, kalau bisa mengeluarkan daging ikannya dari rangkanya yg keras. Ternyata kejorokan orang penghuni Ciliwung tuh benar-benar kebangetan. Mungkin karena tidak ada yg mengontrol tingkat kejijikan komunal. Eh jangan sampe soal kejijikan ini didengar banyak orang, ntar dibuat deh lembaga resmi yg mengatur kejijikan yg seperti biasanya kalau sudah diresmikan malah tidak berfungsi dan bekerja.
Nyusur dari Stasiun Citayam. Berjalan menjauhi stasiun menuju Desa Pondok Jaya. Ada jembatan gantung yg menghubungkan jalan pemda dengan Stasiun Citayam. Suguhan pertama adalah buangan dari sebuah komplek perumahan. Ada banyak busa dan air yg berwarna putih yg keluar dari gorong-gorong buangan berdiameter 1 meter. Tidak jauh dari itu terlihat kulit ikan sapu-sapu yg dikenal dengan polkadot hitam dan abu. Di seberang buangan ini, terlihat cairan hitam seperti oli yg keluar dari pabrik/bengkel besi. Sebelahnya ada buangan potongan kayu dan serbuk gergajian, juga bubuk putih entah apa itu. Beberapa meter dari lokasi buangan kompleks, rombongan dikejutkan dengan buangan cetakan kancing yg ditumpuk setinggi hampir 5 meter.
Tidak berhenti di situ, kita menemukan IPLT (instalasi pembuangan limbah tinja) Kota Depok. Sejumlah kolam treatment terlihat. Hanya ada satu pompa yg menggerakkan air yg berwarna hitam dan berbau itu. Seorang penjaga yg sedang santai di kantornya menjelaskan kalau lumpur hitam akan dibuang ke sungai saat sudah penuh. Di dalam gedung kantor berisi 4 ruangan itu, terlihat menumpuk karung berisi serbuk berwarna putih. Entah apa isi tuh karung tapi sepertinya menumpuk begitu saja. Artinya tuh tinja yg tentunya penuh kandungan ecoli dialirkan juga ke sungai.
Mungkin publik perlu tahu juga bagaimana proses perlakuan buangan tinja dan apakah kualitas air yg masuk ke sungai memang sudah bisa diterima ekosistem sungai. Apakah ada kaitan antara berbagai polutan yg dibuang ke sungai dengan tingginya angka spesies ikan sapu-sapu. Saya yakin data dan informasi atas berbagai pertanyaan ini sudah ada dan menumpuk di salah satu meja peneliti atau birokrat yg punya wewenang terhada Sungai Ciliwung. Diperlukan upaya untuk mengekstraksi data dan info ini menjadi pengetahuan publik. Bagaimana agar kejijikan ini ditularkan ke banyak orang, sehingga banyak orang tergerak menyelamatkan Ciliwung. Bagaimana ceritanya sampai Ciliwung menjadi sekotor dan kita semua bisa menerima kejorokan ini. Apakah program IPAL berbagai limbah industri sepanjang Sungai Ciliwung beroperasi optimal. Adakah badan yg mengawasi atau kita semua sebagai publik yg sepatutnya mengawasi. Dan entah bagaimana pula cara pengawasannya. Menyentuh hati banyak orang agar menghidupkan kembali Ciliwung yg indah.
Sumber penyebab sampah tuh bukan melulu bungkusan kantong kresek hitam berisi sampah bekas masak yg biasanya dibuang ibu-ibu. Tapi juga pabrik berskala kecil, sedang dan besar. Istilahnya ada yg membuang satu-satu orang atau bersama-sama. Misalnya gorong-gorong buangan dari sebuah kompleks perumahan yg berpenghuni ratusan rumah. Buih busa putih bekas buangan sabun bisa dengan mudah dikenali. Tumpukan lalat ijo yg ukurannya gede-gede terlihat mencolok mengerubungi kulit ikan sapu-sapu yg bertotol-totol polkadot. Mungkin benar nih populasi ikan yg tahan banting sudah melimpah di Sungai Ciliwung. Sehingga ada banyak orang yg memanfaatkan limpahan sumberdaya ini. Kata Om Kikuk sih emang gurih rasanya, kalau bisa mengeluarkan daging ikannya dari rangkanya yg keras. Ternyata kejorokan orang penghuni Ciliwung tuh benar-benar kebangetan. Mungkin karena tidak ada yg mengontrol tingkat kejijikan komunal. Eh jangan sampe soal kejijikan ini didengar banyak orang, ntar dibuat deh lembaga resmi yg mengatur kejijikan yg seperti biasanya kalau sudah diresmikan malah tidak berfungsi dan bekerja.
Nyusur dari Stasiun Citayam. Berjalan menjauhi stasiun menuju Desa Pondok Jaya. Ada jembatan gantung yg menghubungkan jalan pemda dengan Stasiun Citayam. Suguhan pertama adalah buangan dari sebuah komplek perumahan. Ada banyak busa dan air yg berwarna putih yg keluar dari gorong-gorong buangan berdiameter 1 meter. Tidak jauh dari itu terlihat kulit ikan sapu-sapu yg dikenal dengan polkadot hitam dan abu. Di seberang buangan ini, terlihat cairan hitam seperti oli yg keluar dari pabrik/bengkel besi. Sebelahnya ada buangan potongan kayu dan serbuk gergajian, juga bubuk putih entah apa itu. Beberapa meter dari lokasi buangan kompleks, rombongan dikejutkan dengan buangan cetakan kancing yg ditumpuk setinggi hampir 5 meter.
Tidak berhenti di situ, kita menemukan IPLT (instalasi pembuangan limbah tinja) Kota Depok. Sejumlah kolam treatment terlihat. Hanya ada satu pompa yg menggerakkan air yg berwarna hitam dan berbau itu. Seorang penjaga yg sedang santai di kantornya menjelaskan kalau lumpur hitam akan dibuang ke sungai saat sudah penuh. Di dalam gedung kantor berisi 4 ruangan itu, terlihat menumpuk karung berisi serbuk berwarna putih. Entah apa isi tuh karung tapi sepertinya menumpuk begitu saja. Artinya tuh tinja yg tentunya penuh kandungan ecoli dialirkan juga ke sungai.
Mungkin publik perlu tahu juga bagaimana proses perlakuan buangan tinja dan apakah kualitas air yg masuk ke sungai memang sudah bisa diterima ekosistem sungai. Apakah ada kaitan antara berbagai polutan yg dibuang ke sungai dengan tingginya angka spesies ikan sapu-sapu. Saya yakin data dan informasi atas berbagai pertanyaan ini sudah ada dan menumpuk di salah satu meja peneliti atau birokrat yg punya wewenang terhada Sungai Ciliwung. Diperlukan upaya untuk mengekstraksi data dan info ini menjadi pengetahuan publik. Bagaimana agar kejijikan ini ditularkan ke banyak orang, sehingga banyak orang tergerak menyelamatkan Ciliwung. Bagaimana ceritanya sampai Ciliwung menjadi sekotor dan kita semua bisa menerima kejorokan ini. Apakah program IPAL berbagai limbah industri sepanjang Sungai Ciliwung beroperasi optimal. Adakah badan yg mengawasi atau kita semua sebagai publik yg sepatutnya mengawasi. Dan entah bagaimana pula cara pengawasannya. Menyentuh hati banyak orang agar menghidupkan kembali Ciliwung yg indah.
5 Komentar:
Saya yakin sih hampir semua orang pasti juga merasa jijik. Cuman rasa jijik itu sptnya tidak cukup membuat mereka berbuat sesuatu utk membersihkannya.
apa yg bisa membuat orang untuk mau membersihkan sungai ciliwung?
haha haha ne http://v6.freepicshare.com/m.php?3o4a8y5-Picture83.JPG
Jijik sich jijikkk, tapi makan siangnya pada lahap2 semuaaa...?
apanya yang jijik sun?
Posting Komentar