Sebuah pesan singkat melalui "hape" saya terima dari seorang teman. Pesan ini sudah lama, namun sekarang menjadi lebih bermakna. Pesannya berisikan pemberitahuan bahwa ia tidak dapat terlibat aktif ikutan "mulung" di tempatnya Mbah Tjiliwoeng. Ada apa gerangan? Ternyata ia harus tergolek beberapa hari menjadi korban dari serangan malaria. Ooops ... pantas saja teman itu lama tidak beredar di seputaran Ciliwung. Bahkan ia pun jarang terlihat online. Teman itu mendapatkan cubitan mesra dari nyamuk malaria bukan di Bogor, tapi di luar Jawa. Lalu kenapa saya harus merasa perlu berkomentar dalam blog tercinta the Tjiliwoeng Dreams? Emangnya sekarang Komunitas Pedul Ciliwung sudah kebelet ingin melakukan kegiatan di luar Jawa? Emangnya ada invasi besar2an nyamuk malaria yang di luar Jawa ke Ciliwung?
Penjelasan (mudah2an bisa) singkat saya begini.
Malaria terjadi karena adanya gigitan nyamuk. Biasanya ini terjadi pada daerah2 endemik malaria seperti Ujung Kulon, hutan-hutan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Menilik cerita sejarah masa lampau, Jawa juga pernah menjadi daearah penyebaran malaria. Korbannya ketika itu (yang diberitakan) adalah para meneer dan mevrouw berkebangsaan Eropa yang datang ke Jawa. Mungkin kala itu sebagian besar Pulau Jawa masih berhutan-hutan. Sekarang tentu saja kondisinya tidak demikian. Sebagian besar Pulau Jawa kini telah terbebas dari malaria.
Masih dengan cerita soal penyebabnya, ada juga sebuah penyakit hebat (bisa membunuh) yang disebabkan oleh sang nyamuk nakal. Dan ini masih terjadi di Jawa, bahkan juga di Bogor. Tak usah lah main tebak2an, semua juga tahu bahwa Bogor setiap tahunnya selalu punya kasus demam berdarah dengue (DBD), kaki gajah, dan chikungunya. Ketiganya terjadi karena nyamuk. Ketiga biasanya dihubungkan dengan tempat2 pemukiman yang berupa lembah, kurang banyak angin, dan dekat dengan genangan air.
Naah ... sekarang ini Bogor sedang "jarang" hujan. Angin pun kadang malas untuk berhembus menyejukkan para warganya. Air sungai juga surut. Demikian pula halnya dengan Ciliwung. Air yang surut dengan debit rendah berpotensi menjadi genangan. Karena tumpukan sampah dan penyempitan sungai masih saja terjadi. Ini terlihat saat saya dan teman2 "mulung" di Kelurahan Kedung Halang, tepatnya di Pangkalan II, RT 02/RW 02. Air sungai yang biasanya mengalir deras tampak tergenang. Begitu tenangnya sehingga itik pun dengan santai bermain di sana. Terlebih banyak tumpukan sampah pasar dan rumah tangga dengan bau menyengat hidung.
Warga Bogor (rasanya) masih belum banyak yang mempedulikan kaitan antara debit air yang rendah dan tumpukan sampah yang terkendali. Bila kondisi tersebut terus berlangsung, bukan tidak mungkin kota Bogor dan sekitarnya akan kembali dijangkiti oleh wabah penyakit van nyamuk tersebut. Siap2 saja, soalnya saat ini pun (rasanya) jumlah nyamuk sudah makin banyak saat malam hari.
Sudah seminggu belakangan nyamuk rasanya mulai muncul di kediaman saya. Seorang teman yang tinggal di bantaran Ciliwung (Perumahan Kedung Badak Baru) juga menyampaikan hal yang sama. Memang sih biasanya kita suka berseloroh, "nyamuknya sih cuman satu, tapi dia bawa temen2nya sekampung!"
Kita masih belum putus hubungan dengan nyamuk di Bogor ini. Maka sudah sewajarnya jika kita berupaya membersihkan sampah2 yang menyumbat aliran air di sekitar kita. Wajar jika kita menghilangkan genangan air di tumpukan sampah itu. Ayoo ... bersihkan sampah di sungai, ayoo ... kita mulung di Ciliwung!!!
Semoga teman2 kita Itok sudah pulih kesehatannya dari serangan malaria. Semoga para warga Bogor dapat terbebas dari serangan demam berdarah, kaki gajah dan chikungunya.
gambar nyamuk penyebab demam berdarah (Aedes aegypti) di atas saya unduh dari sini.
Penjelasan (mudah2an bisa) singkat saya begini.
Malaria terjadi karena adanya gigitan nyamuk. Biasanya ini terjadi pada daerah2 endemik malaria seperti Ujung Kulon, hutan-hutan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Menilik cerita sejarah masa lampau, Jawa juga pernah menjadi daearah penyebaran malaria. Korbannya ketika itu (yang diberitakan) adalah para meneer dan mevrouw berkebangsaan Eropa yang datang ke Jawa. Mungkin kala itu sebagian besar Pulau Jawa masih berhutan-hutan. Sekarang tentu saja kondisinya tidak demikian. Sebagian besar Pulau Jawa kini telah terbebas dari malaria.
Masih dengan cerita soal penyebabnya, ada juga sebuah penyakit hebat (bisa membunuh) yang disebabkan oleh sang nyamuk nakal. Dan ini masih terjadi di Jawa, bahkan juga di Bogor. Tak usah lah main tebak2an, semua juga tahu bahwa Bogor setiap tahunnya selalu punya kasus demam berdarah dengue (DBD), kaki gajah, dan chikungunya. Ketiganya terjadi karena nyamuk. Ketiga biasanya dihubungkan dengan tempat2 pemukiman yang berupa lembah, kurang banyak angin, dan dekat dengan genangan air.
Naah ... sekarang ini Bogor sedang "jarang" hujan. Angin pun kadang malas untuk berhembus menyejukkan para warganya. Air sungai juga surut. Demikian pula halnya dengan Ciliwung. Air yang surut dengan debit rendah berpotensi menjadi genangan. Karena tumpukan sampah dan penyempitan sungai masih saja terjadi. Ini terlihat saat saya dan teman2 "mulung" di Kelurahan Kedung Halang, tepatnya di Pangkalan II, RT 02/RW 02. Air sungai yang biasanya mengalir deras tampak tergenang. Begitu tenangnya sehingga itik pun dengan santai bermain di sana. Terlebih banyak tumpukan sampah pasar dan rumah tangga dengan bau menyengat hidung.
Warga Bogor (rasanya) masih belum banyak yang mempedulikan kaitan antara debit air yang rendah dan tumpukan sampah yang terkendali. Bila kondisi tersebut terus berlangsung, bukan tidak mungkin kota Bogor dan sekitarnya akan kembali dijangkiti oleh wabah penyakit van nyamuk tersebut. Siap2 saja, soalnya saat ini pun (rasanya) jumlah nyamuk sudah makin banyak saat malam hari.
Sudah seminggu belakangan nyamuk rasanya mulai muncul di kediaman saya. Seorang teman yang tinggal di bantaran Ciliwung (Perumahan Kedung Badak Baru) juga menyampaikan hal yang sama. Memang sih biasanya kita suka berseloroh, "nyamuknya sih cuman satu, tapi dia bawa temen2nya sekampung!"
Kita masih belum putus hubungan dengan nyamuk di Bogor ini. Maka sudah sewajarnya jika kita berupaya membersihkan sampah2 yang menyumbat aliran air di sekitar kita. Wajar jika kita menghilangkan genangan air di tumpukan sampah itu. Ayoo ... bersihkan sampah di sungai, ayoo ... kita mulung di Ciliwung!!!
Semoga teman2 kita Itok sudah pulih kesehatannya dari serangan malaria. Semoga para warga Bogor dapat terbebas dari serangan demam berdarah, kaki gajah dan chikungunya.
gambar nyamuk penyebab demam berdarah (Aedes aegypti) di atas saya unduh dari sini.
1 Komentar:
terimakasih atas postingnya. wah masih panjang perjalanan mulung ciliwung ini. setelah kejadian musibah malaria ini, kita memang harus lebih pandai untuk berstrategi cantik. dengan segala keterbatasan yg kita punya, kita musti pandai mengemas pilihan berkegiatan untuk mencapai mimpi indah ciliwung.
Posting Komentar