Sebuah Catatan Kegiatan Kompetisi Bersih Ciliwung (2)
Ditulis oleh Een Irawan Putra
Nasi telah menjadi bubur. Ucapan yang sudah terucap tidak mungkin ditarik kembali (walaupun sebenarnya saya tidak mengucapkannya secara langsung. Hanya lewat email. Saya bisa koreksi email saya dan menyatakan bahwa yang menulis email itu adalah otak dan tangan saya. Mereka kerjasama sore itu).
Dengan sangat terpaksa dan berat hati (hati menjadi berat karena ‘hati’ masih protes) saya mengundang teman-teman komunitas untuk datang dan kumpul disuatu tempat. Membahas detail konsep kompetisi ini. Yang datang pada malam pertama kumpul sebanyak 5 orang. Saya meminta beberapa masukan bagaimana baiknya menjalankan kompetisi ini. Beberapa tambahan ide dan tambahan nama-nama pasukan yang mau bantu didapat malam itu. Orang-orang ngga normal dan pemikirannya jauh dari standar ini masih tetap konsisten untuk membantu.
Disuatu malam sebelum memejamkan mata untuk beristirahat saya baru menyadari bahwa otak dan tangan saya menjadi kompak mungkin karena mereka masih ingat pertanyaan yang saya lontarkan beberapa bulan yang lalu kepada Dwi. Bahwa inilah saatnya jika kamu ingin melihat sekitar 500-1000 orang turun ke ciliwung didalam waktu yang sama dan memungut sampah seperti yang komunitas ini lakukan. Saya hanya tersenyum dan setelah itu terlelap tidur.
Ketika bangun pagi saya langsung mengambil handphone saya dan menelpon beberapa orang untuk atur janji agar bisa bertemu. Selain bertemu dengan orang yang berurusan dengan pekerjaan, saya juga menghubungi Pak Dudi, seorang kepala bidang kebersihan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Bogor untuk membahas konsep kegiatan yang akan kita lakukan. Saya langsung mandi dan berpakain rapih untuk bertemu mereka. ‘Hati’ masih protes, karena sekarang sudah musti berpakaian rapih dan pakai sepatu. Tidak lagi memakai kaos oblong dan sandal jepit. Yaa.. inilah modal awal untuk melobby dan meyakinkan orang-orang bahwa kegiatan ini sangat bagus dan harus terlaksana. Berusaha mencari dukungan sebanyak-banyaknya dan siapapun itu harus mendukung kegiatan ini.
“Yak.. ini bagus sekali kegiatannya. Saya setuju dan mendukung kegiatan ini. Kamu langsung bertemu dengan Walikota saja dan audiensi di depan beliau. Saya yakin Pak Walikota akan setuju dan akan mendukung kegiatan ini. Saya akan atur jadwalnya dengan pak Walikota.” Itulah jawaban yang saya terima ketika saya presentasi konsep kegiatan ini didepan orang-orang Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Bogor.
Otak dan tangan tersenyum… “See… they will support you. Don’t worry..”
Selama dua minggu energi saya terkuras karena musti bolak-balik Bogor-Jakarta untuk mengerjakan pekerjaan rutin. Malamnya sepulangnya dari Bogor, ‘hati’ tidak tenang dan gundah. Bagaimana dengan kegiatan komunitas ini. Bagaimana dengan persiapannya. Ahh…biarkan saya beristirahat sejenak dan memikirkannya. Mata kembali terpejam. Besok pagi sudah musti ke Jakarta lagi.
Ringtone di handphone saya berbunyi dan handphone-nya pun bergetar. Terdengar suara dari tempat yang sama, yaitu Jakarta. “EN you must go to Batam Island tomorrow morning. Your flight is 7.05 AM. They will pick up you and your friend in the airport. You will stay there maybe for 4 days”. Handphone ditutup.
‘Hati’ mulai gusar dan tambah gundah. Selama 4 hari akan tinggal di Batam. Sekarang sudah tanggal 5 Agustus. Kompetisi akan berlangsung tanggal 16 Agustus. Sampai sekarang belum ada jadwal untuk bertemu dengan Walikota. Undangan belum dibuat. Lurah-lurah belum dihubungi. Warga belum diberi tahu.
“So, what are you doing now?”.
Bersambung...
Gambar diatas dicuplik dari sini
Ditulis oleh Een Irawan Putra
Nasi telah menjadi bubur. Ucapan yang sudah terucap tidak mungkin ditarik kembali (walaupun sebenarnya saya tidak mengucapkannya secara langsung. Hanya lewat email. Saya bisa koreksi email saya dan menyatakan bahwa yang menulis email itu adalah otak dan tangan saya. Mereka kerjasama sore itu).
Dengan sangat terpaksa dan berat hati (hati menjadi berat karena ‘hati’ masih protes) saya mengundang teman-teman komunitas untuk datang dan kumpul disuatu tempat. Membahas detail konsep kompetisi ini. Yang datang pada malam pertama kumpul sebanyak 5 orang. Saya meminta beberapa masukan bagaimana baiknya menjalankan kompetisi ini. Beberapa tambahan ide dan tambahan nama-nama pasukan yang mau bantu didapat malam itu. Orang-orang ngga normal dan pemikirannya jauh dari standar ini masih tetap konsisten untuk membantu.
Disuatu malam sebelum memejamkan mata untuk beristirahat saya baru menyadari bahwa otak dan tangan saya menjadi kompak mungkin karena mereka masih ingat pertanyaan yang saya lontarkan beberapa bulan yang lalu kepada Dwi. Bahwa inilah saatnya jika kamu ingin melihat sekitar 500-1000 orang turun ke ciliwung didalam waktu yang sama dan memungut sampah seperti yang komunitas ini lakukan. Saya hanya tersenyum dan setelah itu terlelap tidur.
Ketika bangun pagi saya langsung mengambil handphone saya dan menelpon beberapa orang untuk atur janji agar bisa bertemu. Selain bertemu dengan orang yang berurusan dengan pekerjaan, saya juga menghubungi Pak Dudi, seorang kepala bidang kebersihan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Bogor untuk membahas konsep kegiatan yang akan kita lakukan. Saya langsung mandi dan berpakain rapih untuk bertemu mereka. ‘Hati’ masih protes, karena sekarang sudah musti berpakaian rapih dan pakai sepatu. Tidak lagi memakai kaos oblong dan sandal jepit. Yaa.. inilah modal awal untuk melobby dan meyakinkan orang-orang bahwa kegiatan ini sangat bagus dan harus terlaksana. Berusaha mencari dukungan sebanyak-banyaknya dan siapapun itu harus mendukung kegiatan ini.
“Yak.. ini bagus sekali kegiatannya. Saya setuju dan mendukung kegiatan ini. Kamu langsung bertemu dengan Walikota saja dan audiensi di depan beliau. Saya yakin Pak Walikota akan setuju dan akan mendukung kegiatan ini. Saya akan atur jadwalnya dengan pak Walikota.” Itulah jawaban yang saya terima ketika saya presentasi konsep kegiatan ini didepan orang-orang Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Bogor.
Otak dan tangan tersenyum… “See… they will support you. Don’t worry..”
Selama dua minggu energi saya terkuras karena musti bolak-balik Bogor-Jakarta untuk mengerjakan pekerjaan rutin. Malamnya sepulangnya dari Bogor, ‘hati’ tidak tenang dan gundah. Bagaimana dengan kegiatan komunitas ini. Bagaimana dengan persiapannya. Ahh…biarkan saya beristirahat sejenak dan memikirkannya. Mata kembali terpejam. Besok pagi sudah musti ke Jakarta lagi.
Ringtone di handphone saya berbunyi dan handphone-nya pun bergetar. Terdengar suara dari tempat yang sama, yaitu Jakarta. “EN you must go to Batam Island tomorrow morning. Your flight is 7.05 AM. They will pick up you and your friend in the airport. You will stay there maybe for 4 days”. Handphone ditutup.
‘Hati’ mulai gusar dan tambah gundah. Selama 4 hari akan tinggal di Batam. Sekarang sudah tanggal 5 Agustus. Kompetisi akan berlangsung tanggal 16 Agustus. Sampai sekarang belum ada jadwal untuk bertemu dengan Walikota. Undangan belum dibuat. Lurah-lurah belum dihubungi. Warga belum diberi tahu.
“So, what are you doing now?”.
Bersambung...
Gambar diatas dicuplik dari sini
3 Komentar:
hehe jadi inget waktu itu. emang kondisinya kayak gitu yah en. semua belum tertangani dan teman yang juga biasa kita mintain tolong sedang sibuk di kalimantan. Hari juga sakit waktu itu...tapi untung banyak bisa kumpul saat lomba akan dimulai
Oops ... aku juga jadi ingat. Waktu itu aku juga harus ke Surabaya. Sempat bertelepon ria sama Een di airport. Saat itu aku juga bingung soalnya Een bilang dia mau ke Batam.
he he ter nyata sama walau pun sakit aku juga kepikiran tjiliwoeng, tapi apa daya badan ku waktu itu sedang sekarat. Alhamdulillah ketika mau menjelang kompetition badan ku radak mendingan.
by kikuk
Posting Komentar