Bogor 19/10/2009
Hampir sepanjang masa hayatnya, Dulloh 63 th bersama ibundanya yaitu mak "Amah" yang umurnya diperkirakan kisaran 100 tahun-an memecah batu yang diambil di sungai Cilwung sebagai materi bahan bangunan.
Bengkel kerja Dulloh dan ibundanya terletak di Pangkalan I disamping lapangan PDAM Bogor.Untuk menghasilkan satu mobil col engkol batu krikil bahan bangunan bersama
dengan ibunya, ia memerlukan waktu selama tiga hari untuk mengumpulkan dari sungai dan memecah batu tersebut satu persatu.
Kemudian batu tersebut di jual seharga Rp. 120.000 satu untuk satu bak mobil col engkol tersebut bila diambil sendiri di tempat tersebut. Bila telah sampai toko material, batu krikil tersebut dijual kisaran Rp. 200.000-an. Kegiatan pemecahan batu tersebut telah berlangsung turun temurun, ungkap pak Dulloh.
Beliau bercerita, dahulu kala air sungai Ciliwung airnya dapat langsung diminum oleh masyarakat. Masa itu saat masyarakat sedang beristirahat makan siang setelah bersawah, mereka dapat langsung meminum air sungai Ciliwung tanpa melalui proses dimasak terlebih dahulu.
Ditengah hiruk pikuk moderenisasi kota Bogor seperti sekarang ini, sosok pak Dulloh beserta ibundanya merupakan sosok masyarakat yang tangguh dan tidak terlalu
banyak terpengaruh, karena pekerjaan mereka adalah type pekerjaan kuno yang hanya mengandalkan tenaga dan kemauan hidup yang keras. (agungpsiko)
link=
http://www.kotahujan.com/2009/10/dulloh-dahulu-air-ciliwung-dapat.html
1 Komentar:
aku tersentuh mendengar langsung bagaimana seorang laki2 dan ibunya bekerja memecah batu. beberapa tahun terakhir ini pak duloh menderita sakit paru. sudah berusaha berobat ke RS Cisarua. dan sesekali mengunjungi puskesmas jika dada sudah terasa sesak. semoga pulih pak.
Posting Komentar