Minggu, Desember 06, 2009

Ngawangkong Sisi Susukan (Mengobrol Di Pinggir Kali)

Share & Comment
Sewaktu aku kecil aku sering dilarang melakukan kegiatan ‘ngawangkong sisi susukan’. Kurang lebih karena alasan kegiatan ini hanya menghabiskan waktu dan sesuatu yg tidak berguna. Walau ada benarnya, karena melihat air yg beriak mengalir terus menerus memang melelahkan mata. Tapi kurasa ngawangkong pagi ini di sungai Ciliwung ada juga gunanya .

Pagi ini (5/12/09) kami duduk di tangga semen yg biasa dipakai penduduk pinggiran pasar warung jambu untuk mencuci baju dan keperluan lainnya. Ada Rizki dan temannya dari SMK Tridarma 2. Mereka lagi belajar jurnalistik sama Agung. Beberapa pengarahan dilaksanakan santai sambil mengobrol menunggu petugas kebersihan mengangkut sampah. Mereka berharap bisa mengambil gambar video orang yg sedang buang sampah ke sungai.
Ada beberapa yg berhasil kami saksikan. Baik sampah organik (buangan manusia) atau an-organik (plastik dsb). Baik langsung dari tubuh manusia ataupun sudah dibungkus plastik keresek. Kami melihat beberapa bagian tubuh manusia dibuka agar si buangan itu bisa keluar. Tapi kami juga melihat orang2 yg dengan santai tanpa rasa bersalah membuang ke sungai beberapa keresek sampah pasar dan buangan rumah tangga.
Minggu lalu aku bertemu dua ibu rumah tangga yg dengan sopan melempar sampahnya ke sungai. Puntennya, katanya sambil plung aja sekeranjang sampah dilempar ke sungai. Seorang ibu yg lain sempat kutahan dan kuminta agar dia memasukkan sampahnya ke dalam karung yg sudah kami siapkan untuk mulung.
Hari yg sempat ngobrol dengan seorang penduduk mengatakan bahwa sempat ada tanda plang besi bertuliskan larangan untuk tidak membuang sampah ke sungai. Apa dikata, seseorang mencabut plang besi itu dan melemparkannya ke sungai.
Bapak itu juga menitipkan pesan. Sebuah harapan yg diharap sampai ke Pemda setempat. Katanya kenapa pinggiran sungai di tempat dimana rumahnya dan beberapa rumah penduduk lainnya berada, tidak ditembok. Sedangkan sisi dimana pasar dan mal jambu dua berada, diperkuat dengan tembok. Dia tidak tahu kepada siapa pertanyaan dan harapan itu harus diajukan.
Ngawangkong di sisi susukan pagi ini memberi kami tambahan informasi. Bagaimana masyarakat sepanjang pinggiran sungai Ciliwung bersikap terhadap sungai yg mengalir tepat di pinggiran rumahnya. (seperti dituturkan oleh Rita Mustikasari)
Tags:

Komunitas Peduli Ciliwung Bogor berdiri sejak Maret 2009. Komunitas yang menginginkan adanya rasa kepedulian terhadap keberlangsungan sungai Ciliwung di Kota Bogor. 

1 Komentar:

Moes Jum mengatakan...

ngawangkong memang asik ... banyak yang bisa dibahas dan dilihat. Tapi kalo kebanyakan ngawangkong bisa2 jadinya "kongres" alias ngawangkong teu beres2. Mudah2an hasil ngawangkongnya bisa membuat Ciliwung jadi bersih, bukan cuma dibahas ... amiin

 

Artikel Populer

Tjiliwoeng on Facebook

Copyright © KOMUNITAS PEDULI CILIWUNG BOGOR | Designed by Templateism.com | Published by GooyaabiTemplates.com