Bagi orang Bogor, istilah "ngabuburit" mungkin terdengar sangat akrab. Ini adalah istilah dalam bahasa Sunda yang artinya menghabiskan waktu sebelum saatnya berbuka puasa. Ada banyak cara yang dilakukan, ada yang jalan2 sore putar2 kota, ada yang duduk2 santai sambil berbincang ringan, ada yang menghadiri acara pengajian di mesjid2 atau majlis ta'lim, dsb. Begitu akrabnya istilah ini hingga terkadang juga diplesetkan menjadi ... menunggu saat buka puasa sambil minum kopi dan merokok. Plesetan bentuk lain juga ada, walau terasa jadi guyonan hambar seperti "ngabuburit = ngabubur beurit" alias menyantap bubur daging tikus ... hehehe.
Sejak setahun lalu, sekelompok warga Bogor penghobi kegiatan memulung sampah di Ciliwung telah memulai sebuah cara baru mengisi waktu sambil menunggu saat berbuka. Bukan dengan berbincang2, bukan sambil menikmati makanan kecil, bukan juga mendengar ceramah. Caranya sangat sederhana, yakni dengan melakukan aktivitas memungut sampah2 anorganik (mulung) di Sungai Ciliwung. Bagi yang belum pernah melakukannya pastilah yang terbayang adalah suasana yang sangat tidak nyaman dan menguras tenaga. Namun kenyataannya tentu tidak seburuk yang dibayangkan. Kelompok warga Bogor yang menamakan dirinya sebagai Laskar Karung KPC (Komunitas Peduli Ciliwung) ini menganggap bahwa ngabuburit di Ciliwung adalah kegiatan yang asyik. "Kalau tidak percaya, coba saja dulu," demikian komentar mereka sambil menambahkan sebuah pepatah "ala bisa karena biasa".
Hari Sabtu sore tanggal 14 Agustus 2010 lalu seakan menguatkan komentar para laskar karung tersebut. Sejak pukul 15.30 sudah ada seorang peserta yang hadir. Ia adalah warga Sukasari yang tertarik ingin ikut serta mulung. Ia duduk di atas sebuah batu kali besar sambil memperhatikan sekelilingnya. "Saya sudah di bawah jembatan Jalak Harupat, di mana mulungnya Mas?" demikian SMS yang ia kirimkan kepada para laskar karung KPC. Beberapa menit kemudian para laskar itu pun berdatangan satu per satu dan bergabung dengannya di bawah Jembatan Jalak Harupat, Sempur.
Spanduk besar bertuliskan "Ciliwung Ruksak Hirup Balangsak" segera dibuka lebar sebagai penandaaksi mulung mingguan ini. Beberapa detik kemudian 10 orang sudah aktif memungut sampah anorganik dan memasukkannya dalam karung2 plastik. Semuanya berjalan dengan otomatis. Tidak ada yang mengeluh, semua melakukan kegiatan ini dengan gembira, walau tanpa adanya seteguk air minum atau segigit makanan ringan apa pun karena sedang berpuasa. Menit2 selanjutnya, para laskar karung pun bertambah jumlahnya. Hampir 20 orang yang kemudian sibuk memungut sampah. Sungguh sebuah pemandangan yang indah dan menyenangkan.
Waktu terus berjalan hingga tak terasa saat berbuka sudah semakin dekat. Kondisi alam pun seakan turut memberi tanda agar para laskar karung segera menghentikan kegiatannya. Hujan gerimis mulai mengguyur para laskar karung. Dan akhirnya aksi mulung ini pun berhenti. Waktu tersisa beberapa menit sebelum saat berbuka pun dimanfaatkan untuk berkemas dan mulai mencari makanan dan minuman pembuka.
"Allahuma lakasumtu wa bika aamantu ... dst" pun terucap di hati masing2 laskar karung, saat terdengar kumandang adzan Maghrib dari masjid terdekat di Lebak Kantin dan Sempur. Selesai lah sudah sebuah kegiatan ngabuburit di bawah jembatan.
Alhamdulillaah ... it's a lovely ngabuburit time under the bridge ...
Sejak setahun lalu, sekelompok warga Bogor penghobi kegiatan memulung sampah di Ciliwung telah memulai sebuah cara baru mengisi waktu sambil menunggu saat berbuka. Bukan dengan berbincang2, bukan sambil menikmati makanan kecil, bukan juga mendengar ceramah. Caranya sangat sederhana, yakni dengan melakukan aktivitas memungut sampah2 anorganik (mulung) di Sungai Ciliwung. Bagi yang belum pernah melakukannya pastilah yang terbayang adalah suasana yang sangat tidak nyaman dan menguras tenaga. Namun kenyataannya tentu tidak seburuk yang dibayangkan. Kelompok warga Bogor yang menamakan dirinya sebagai Laskar Karung KPC (Komunitas Peduli Ciliwung) ini menganggap bahwa ngabuburit di Ciliwung adalah kegiatan yang asyik. "Kalau tidak percaya, coba saja dulu," demikian komentar mereka sambil menambahkan sebuah pepatah "ala bisa karena biasa".
Hari Sabtu sore tanggal 14 Agustus 2010 lalu seakan menguatkan komentar para laskar karung tersebut. Sejak pukul 15.30 sudah ada seorang peserta yang hadir. Ia adalah warga Sukasari yang tertarik ingin ikut serta mulung. Ia duduk di atas sebuah batu kali besar sambil memperhatikan sekelilingnya. "Saya sudah di bawah jembatan Jalak Harupat, di mana mulungnya Mas?" demikian SMS yang ia kirimkan kepada para laskar karung KPC. Beberapa menit kemudian para laskar itu pun berdatangan satu per satu dan bergabung dengannya di bawah Jembatan Jalak Harupat, Sempur.
Spanduk besar bertuliskan "Ciliwung Ruksak Hirup Balangsak" segera dibuka lebar sebagai penandaaksi mulung mingguan ini. Beberapa detik kemudian 10 orang sudah aktif memungut sampah anorganik dan memasukkannya dalam karung2 plastik. Semuanya berjalan dengan otomatis. Tidak ada yang mengeluh, semua melakukan kegiatan ini dengan gembira, walau tanpa adanya seteguk air minum atau segigit makanan ringan apa pun karena sedang berpuasa. Menit2 selanjutnya, para laskar karung pun bertambah jumlahnya. Hampir 20 orang yang kemudian sibuk memungut sampah. Sungguh sebuah pemandangan yang indah dan menyenangkan.
Waktu terus berjalan hingga tak terasa saat berbuka sudah semakin dekat. Kondisi alam pun seakan turut memberi tanda agar para laskar karung segera menghentikan kegiatannya. Hujan gerimis mulai mengguyur para laskar karung. Dan akhirnya aksi mulung ini pun berhenti. Waktu tersisa beberapa menit sebelum saat berbuka pun dimanfaatkan untuk berkemas dan mulai mencari makanan dan minuman pembuka.
"Allahuma lakasumtu wa bika aamantu ... dst" pun terucap di hati masing2 laskar karung, saat terdengar kumandang adzan Maghrib dari masjid terdekat di Lebak Kantin dan Sempur. Selesai lah sudah sebuah kegiatan ngabuburit di bawah jembatan.
Alhamdulillaah ... it's a lovely ngabuburit time under the bridge ...
0 Komentar:
Posting Komentar