"Dulu tahun 80'an tukang rakit Bojong selalu membawa dagangan bambu nya melalui Ciliwung untuk dijual di Pasar Minggu, 1 orang bisa sampai membawa 6 rakit dan dibawa berkonvoi dalam kelompok beberapa orang. Sekarang 1 orang bisa membawa 3 rakit saja sudah jago, sungai Ciliwung bertambah dangkal dan terjadi penyempitan sungai membuat medan sungai semakin sulit." percakapan kami dengan bang Udin Jibrut dan tetua di kampung Glonggong Bojong Gede inilah yang menambah ketertarikan Komunitas Peduli Ciliwung untuk mencoba susur lanjutan dengan mencoba mempergunakan perahu rakit bambu buatan pengrajin bambu Bojong Gede.
Agenda susur Lanjutan yang sedianya dilakukan awal bulan Agustus dimajukan menjadi Tgl. 23 Juli 2011, disesuaikan dengan teman-teman yang akan mengadakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan.
Walaupun persiapan telah dilakukan dengan matang, rupanya pas hari H nya kita mendapati banyak kekurangan dalam pengetahuaan kami tentang rakit bambu dan perhitungan musim kemarau yang otomastis mengurangi jumlah debit air di sungai menjadi lebih dangkal.
Persiapan dengan memesan pembuatan rakit bambu 2 minggu sebelumnya, ternyata bahan bambu yang kami pergunakan masih termasuk hijau dan belum kering. Tingkat kekeringan bambu ini sangat mempengaruhi daya apung rakit di air.
Banyaknya sambutan antusias para peserta untuk ikut tidak sebanding dengan jumlah rakit yang disediakan sebanyak 5 unit dan 1 perahu kano membuat acara susur di rakit dinaiki bergantian lewat rakit di air dan susur lewat jalan kaki di darat oleh para peserta.
Peserta susur rakit kali ini menyatu dari Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) dari Bogor, KPC Glonggong Bojong Gede dan KPC Depok yang baru terbentuk serta Komunitas Ciliwung Condet.
Inilah daftar peserta susur rakit: Hapsoro (komandan Susur), Hari Kikuk (data dan pemetaan), Rita Mustikasari (Program Air Telapak), Marine (mahasiswa asal Prancis), Vega Probo (Majalah Traveler), dari media kantor berita Kota Hujan hadir Agung dan Unisutiah, dari pengiat lingkungan Yayasan Lantan Bentala tercatat Evelyn Suleeman (Dosen Sosiologi UI ) dan anak didiknya Vieronica (Mahasiswi S2 Sosiologi UI ) dengan teman nya Edi, sedangkan pasukan rakit dan team SAR diawaki oleh pasukan KPC Glongong Bojong ( Husen, Udin, Andre, Maulani CNB) dan pasukan Komunitas Ciliwung Condet (Abdul Kodir, Dudung, Epi, Alex dan Edi).
Titik start susur dimulai dari desa Glonggong Bojong Gede dibawah jembatan Pagersi.
Acara dibuka dengan peresmiaan terbentuknya KPC Glonggong yang direstui oleh tetua desa pak Haji Yusuf dengan penanaman pohon langka yang sengaja dibawa dari Hutan Kota Condet yaitu pohon Lobi-lobi, Nam-nam, Tembolok, Jamblang, Gohok, Pucung, Duku, Salak, Gandaria dan Jingjing.
Penanman pohon langka dibantaran ini bermaksud agar tetap menjaga kelestariaan daerah Bojong yang terkenal akan kekayaan potensi hutan bambu nya.
Walaupun terlihat masih asri dengan hutan bambunya, kawasan Ciliwung Bojong mulai terjadi kerusakan fatal dan penurunan ekosistem sungai oleh para tukang tuba/ peracun ikan. Kegiatan penuba ikan ini biasanya dilakukan oleh orang luar yang tidak bertanggung jawab yang dilakukan secara berkelompok dengan racun potasium dalam dosis besar dan dilakukan pada malam hari.
Diharapkan dengan berdirinya KPC Glonggong ini sosilisai bahaya racun potasium bagi ekositem sungai dan pelarangan kegiatan menuba ini dapat dilakukan.
Keindahan Ciliwung Bojong sampai memasuki daerah Cilebut dengan kerimbunan hutan bambunya dan tantangan jeram nya yang seru membuat kami sangat menikmati kegiatan ini, banyak pelajaran dari alam dan kearifan lokal warga Ciliwung Glonggong yang menarik hati kami untuk kembali ke tempat ini.
Walaupun dengan susah payah membawa rakit dengan debit air yang dangkal oleh kemarau, disisi lain kemarau justru memberikan keindahan tersendiri karena membuat air Ciliwung terlihat jernih walaupun kami masih mendapati beberapa gunung sampah di daerah Puspa Raya.
Potensi Ciliwung dengan wisata Jeram dan keindahan Hutan Bambunya, kami berharap untuk ke depan lebih bisa diangkat untuk menggerakan perekonomian masyarakat lokal di sekitar bantaran Ciliwung.
Sesuatu hukum yang pasti bahwa manusia pasti akan menjaga sesuatu yang bisa menghidupi dan memfasilitasi mereka, seperti mereka menjaga hutan bambu yang menjadi tumpuaan perekonomian mereka.
Susur kali ini berhasil memetakan dan mendata Ciliwung dari daerah Glonggong, Kedung Jiwa, Cibabi, Gandaria, Kedung Bokor, Kedung Cewug, Puspa Raya, meliputi Kelurahan Gedung Waringin, Kel. Sukahati, Kel. Pabuaran dan finish di intake PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor di Jalan Pemda.
Salam dari Pelosok Ciliwung
Sudirman Asun
0 Komentar:
Posting Komentar