Jika minggu lalu (Sabtu-Minggu, 1-2/9/2012) kondisinya berair dan cukup jernih, maka Minggu, 9 September 2012, lokasi pengambilan anak-anak ikan beunteur (
Puntius binotatus) itu akhirnya mengalami kekeringan. Seperti umum-nya kesulitan-kesulitan air di berbagai wilayah Indonesia yang ramai diberitakan media-media nasional, Ciliwung Jalak Harupat-pun kini tampak mengalaminya. Sisa air yang kuperkirakan cukup bagi anak-anak beunteur itu untuk hidup dan bertumbuh-kembang dengan baik, kini tersisa kurang lebih sebanyak satu mangkuk kecil yang untungnya dapat terlindungi oleh tutupan batu sungai. Di lokasi lainnya tampak beberapa jenis ikan asing (golsom, nila, dan bungkreung) hidup di bagian sungai yang cenderung masih memiliki kecukupan air. Berikut kira-kira beberapa gambar yang sempat kudokumentasikan kemarin (Minggu, 9/9/2012).
|
Sungai Ciliwung Jalak Harupat dengan volume air yang semakin berkurang |
|
Habitat anak-anak beunteur yang telah kering |
|
Habitat anak-anak beunteur lainnya yang tersisa |
|
3 ekor spesies asing: golsom dan ikan nila |
Sesaat setelah meninggalkan Ciliwung Jalak Harupat, hujan yang tak tampak beberapa hari/minggu terakhir itupun kemudian turun dengan sangat derasnya dan seakan-akan menyadari bahwa sungai yang telah kekeringan itu harus diisi kembali airnya. “Ya mudah-mudahan cukup untuk menjaga “keseimbangan” yang ada”, pikirku.
1 Komentar:
thanks for info https://bit.ly/2pmQMAZ
Posting Komentar