Inilah ikan yang menjadi incaran utama almarhum Hapsoro saat memancing. Di sungai manapun beliau melemparkan mata pancingnya, tak lepas harapannya akan mendapatkan ikan yang memiliki siklus hidup tumbuh dan besar di air tawar dan akan berpindah (baca migrasi) ke laut saat akan memijah (katadromus) ini. Begitu-pun dengan Ciliwung. Cerita ini merupakan pembuktian keberadaan spesies ikan panjang penghuni sungai Ciliwung.
Kisah keberadaan ikan sidat (Anguilla sp) di sungai Ciliwung layaknya mitos atau dongeng yang tersebar dari mulut ke mulut saja, tak ada pembuktian. Meskipun dalam paper mengenai ikan asli vs spesies asing (alien) Ciliwung yang kutulis bersama alm. Hapsoro tahun 2011 lalu disebutkan masih terdapat ikan sidat, namun informasi itu hanya berdasarkan wawancara dan cerita yang kami gali dari warga di sepanjang bantaran sungai saja. Tidak seperti ikan-ikan lainnya yang pernah kami dapatkan, bentuk fisik ikan yang juga dikenal dengan nama lubang ini tidak pernah kami peroleh langsung di sungai Ciliwung. Hanya wawancara.
Di Bojonggede, Kang Udin dari Komunitas Ciliwung Bojonggede menyebutkan bahwa ikan sidat masih terdapat di sungai Ciliwung, letaknya tepat berada di bawah jembatan Glonggong. “Pancingan putus waktu mancing ikan itu disitu”, tambah Kang Udin. Sedangkan Opieh dari Komunitas Peduli Kampung Halaman (KALAM) menyebutkan bahwa temannya berhasil memancing ikan sidat ini beberapa tahun lalu di sungai Cipakancilan (anak sungai Cisadane). Semua sebatas kabar lisan.
“Rub sidat ciliwung ketangkep 2 ekor tadi pagi, sekarang di taruh di FWI (Forest Watch Indonesia red.)”, sms Hari Kikuk sore hari itu, Jumat, 16 Nopember 2012. Meskipun tidak segera melihatnya saat itu juga, namun pesan pendek tersebut memperkuat keberadaan sidat Ciliwung serta menghapus semua keraguan kisah yang belum terbuktikan di atas. Untuk memastikan kebenaran dan jenisnya, keesokan harinya, Sabtu, 17 Nopember 2012, akupun segera menemui Hari Kikuk.
Menurut Hari Kikuk, ikan sidat yang tertangkap tersebut dipancing oleh warga di sungai Ciliwung Sempur Kaler menggunakan umpan usus ayam yang difermentasi. Di FWI, ikan sidat tersebut ditampung sementara dalam bak mandi. Untuk mencegahnya agar tidak kabur, Hari memberikan bambu agar ikan tersebut merasa lebih nyaman. Selanjutnya Hari menyebutkan bahwa ikan tangkapan warga ini akan dipelihara lebih lanjut di kolam belakang FWI.
Dari indentifikasiku sekilas terhadap warna tubuhnya, ikan sidat yang terpancing tersebut berasal dari spesies Anguilla bicolor. Jenis ini dicirikan dengan warna tubuh bagian atas coklat agak kehitaman dan bagian bawah berwarna krem. Ketika tubuhnya dilihat dari bagian samping, kedua warna tersebut tampak kontras. Berdasarkan ukurannya, kedua dua ikan sidat ini memiliki panjang total + 40 cm.
Kisah keberadaan ikan sidat (Anguilla sp) di sungai Ciliwung layaknya mitos atau dongeng yang tersebar dari mulut ke mulut saja, tak ada pembuktian. Meskipun dalam paper mengenai ikan asli vs spesies asing (alien) Ciliwung yang kutulis bersama alm. Hapsoro tahun 2011 lalu disebutkan masih terdapat ikan sidat, namun informasi itu hanya berdasarkan wawancara dan cerita yang kami gali dari warga di sepanjang bantaran sungai saja. Tidak seperti ikan-ikan lainnya yang pernah kami dapatkan, bentuk fisik ikan yang juga dikenal dengan nama lubang ini tidak pernah kami peroleh langsung di sungai Ciliwung. Hanya wawancara.
Dua ekor sidat (Anguilla bicolor) Ciliwung Bogor |
Di Bojonggede, Kang Udin dari Komunitas Ciliwung Bojonggede menyebutkan bahwa ikan sidat masih terdapat di sungai Ciliwung, letaknya tepat berada di bawah jembatan Glonggong. “Pancingan putus waktu mancing ikan itu disitu”, tambah Kang Udin. Sedangkan Opieh dari Komunitas Peduli Kampung Halaman (KALAM) menyebutkan bahwa temannya berhasil memancing ikan sidat ini beberapa tahun lalu di sungai Cipakancilan (anak sungai Cisadane). Semua sebatas kabar lisan.
“Rub sidat ciliwung ketangkep 2 ekor tadi pagi, sekarang di taruh di FWI (Forest Watch Indonesia red.)”, sms Hari Kikuk sore hari itu, Jumat, 16 Nopember 2012. Meskipun tidak segera melihatnya saat itu juga, namun pesan pendek tersebut memperkuat keberadaan sidat Ciliwung serta menghapus semua keraguan kisah yang belum terbuktikan di atas. Untuk memastikan kebenaran dan jenisnya, keesokan harinya, Sabtu, 17 Nopember 2012, akupun segera menemui Hari Kikuk.
Menurut Hari Kikuk, ikan sidat yang tertangkap tersebut dipancing oleh warga di sungai Ciliwung Sempur Kaler menggunakan umpan usus ayam yang difermentasi. Di FWI, ikan sidat tersebut ditampung sementara dalam bak mandi. Untuk mencegahnya agar tidak kabur, Hari memberikan bambu agar ikan tersebut merasa lebih nyaman. Selanjutnya Hari menyebutkan bahwa ikan tangkapan warga ini akan dipelihara lebih lanjut di kolam belakang FWI.
Lokasi terpancingnya sidat Ciliwung Sempur Kaler, Bogor |
Menurut Kang Entis, salah seorang teman yang bekerja di FWI, di lokasi penemuan ikan sidat tersebut masih terdapat sidat yang lebih besar lagi. “Waktu mau mancing, kepalanya nongol, kirain lele, lebih besar ukurannya”, sambung Kang Entis. Selain ikan sidat yang semakin langka, ikan Soro (Tor soro) berukuran satu kilogram-pun masih terpancing di lokasi tersebut beberapa hari sebelumnya.
Setelah mengambil beberapa dokumentasi yang diperlukan, tiba-tiba aku teringat ketertarikan alm. Hapsoro terhadap jenis ikan yang satu ini. Ketertarikannya membawa kami (Aku, Hari Kikuk, Yoyon, dan tentunya Hapsoro) pada kegiatan memancing di salah satu sungai di Desa Pagerharjo, Kulon Progo, Yogyakarta awal tahun 2012 lalu. “Wah kalau temanku Hapsoro tahu ikan ini masih didapatkan di sungai Ciliwung, tentunya dia akan sangat senang sekali”, kenangku kepada Kang Entis. [Ruby Vidia Kusumah]
6 Komentar:
mudah2an sidatnya bisa bertelor yaa om.Mudah2an cocok di kolam belang FWI dan beranak pinak.
@hari the blacket, yang penting sidatnya bisa dipelihara dulu. jangan sampai mati
Maksudnya MOA ya?
Tahanks for info https://bit.ly/2RNeCTv
Thanks for imfo https://bit.ly/2RRbiWI
Kalau ciliwung pemda cibonong ada ga kira kira yaa😅
Posting Komentar