Berbagai jenis karakter pemilik dan pengguna sandal pada keset sebuah rumah, dapat mencerminkan sebuah kondisi di dalam rumah tersebut, baik anggota-anggota keluarganya, bahkan lingkungan yang dikelola oleh keluarga tersebut. Sama halnya seperti kondisi pada umumnya sebuah keluarga dalam sebuah rumah tangga. Sebuah kondisi rumah tangga dengan seorang pemimpin keluarga serta didukung anggota keluarga lain dan beberapa infrastruktur penunjang lainnya serta ditambah dengan aturan-aturan dan norma-norma serta nilai-nilai tatanan sebuah aturan rumah tangga. Berbagai kondisi permasalahan kerap terjadi di dalam keluarga, karena keragaman kebutuhan, latar belakang budaya serta cara pemenuhan dari kesejahteraan anggota per anggota keluarga itu sendiri untuk pribadi dan keluarganya serta saudara-saudaranya.
Kondisi umumnya seeh anggota keluarga akan menurut seperti apa kata pemimpin keluarga rumah tersebut. Yeah seperti komandan pada anak buah. Anak buah akan melakukan apa yang di instruksikan komandan yang mereka pilih (heaaah komandan dipilih???). Begitulah seperti kepala rumah tangga kita saat ini melalui mekanisme pemilihan kepala rumah tangga setiap lima tahun sekali. Demikian juga kebijakan dan aturan yang mengikutinya tergantung pemimpinnya dan sistem yang akan dikelolanya untuk menjalankan kelembagaan rumah tangga dan dalam pencapaian tujuan hidup berkeluarga dan berumah tangga.
Sehingga diharapkan melalui instruksi kepala rumah tangga tersebut dapat memberikan mamfaat kepada seluruh anggota keluarga, karena pada kesemuanya akan kembali kepada tujuan kelembagaan keluarga atau rumah tangga itu sendiri, yaitu mensejahterakan kehidupan anggota rumah tangga. Semua berjalan dengan baik karena semua yang diatur pemimpin dapat memberikan yang terbaik untuk anggota keluarga, dan anggota keluarga juga memberikan yang terbaik untuk rumah tersebut. Tujuan bangunan dan tatanan rumah tersebut dapat segera tercipta, yaitu anggota keluarga yang adil dan makmur.
Meskipun demikian, merupakan anugerah bila anggota keluarga rumah tangga tersebut terdiri dari berbagai suku / etnis yang tersebar diseluruh penjuru kepulauan Indonsia ini. Kondisi seperti ini merupakan anugerah yang tidak diraasakan oleh rumah-rumah lain di dunia ini, termasuk kekayaan keanekaragaman hayati-nya. Karena itu rumah kita pernah terjajah selama 350 tahun. Bahkan hingga kini, penjajahan itu ada, bahkan saat ini menjajah moral penghuni rumah itu sendiri. Inilah yang paling bermasalah. Dengan beragamnya latar belakang dan budaya itu akan memperlihatkan kebutuhan yang berbeda, sehingga seperti pemilik dan warna sandal gambar selanjutnya ini anggota rumah tangga tersebut. Berbagai macam arah sandal yang ditinggalkan pemiliknya masuk kedalam rumah. Ada yang ingin didepan, ada yang ingin ditengah, di pinggir saja, bahkan dibagian ekor saja. Tetapi sebenarnya arahnya tetap saja, pemiliknya masuk kedalam rumah meninggalkan sandalnya dikeset. Karena mereka berharap tujuan pribadi/ dirinya dengan masuknya beliau terdapat didalam tujuan dibangunnya bangunan rumah tersebut beserta tata nilai dan aturan serta norma yang diharapkan dapat membantu mencapai kondisi yang diharapkan dari kelembagaan keluarga tersebut.
Pemenuhan kebutuhan akan kesejahteraan tersebut sangatlah penting karena berhubungan langsung dengan kepastian hidup, sehingga kadang-kadang anggota keluarga rumah menghalalkan segala cara untuk meperoleh kepastian akan kesejahteraan itu meskipun didalam rumah itu sendiri. Terkadang dengan cara yang paling ekstrem hingga manuver berbalik untuk mengelabui siapa yang dianggap dapat menghalangi tujuannya. Tindih, terkam, makan memakan sudah menjadi modus operandi umum. Bahkan dengan membuat aturan main yang ambigu dan tidak pernah jelas menjadi mainan profesionalisme para anggota keluarga yang pintar, yang artinya telah membiasa dan budaya. Sehingga bila terlihat nyata, malah dianggap wajar. Karena mekanisme dan infrastrukturnya permainan-permainan kotor, serta kompromi politik telah dipersiapkan dengan matang tentunya dengan sepengetahuan pemimpin rumah tangga. Ada saja yang anggota keluarga yang dikambing hitamkan dari sesuatu hal yang dibuat untuk ditutup-tutupi karena mekanisme permainan dan infrastruktur perangkatnya semakin menjadi hal yang dirasakan tidak menjadi biasa dan menjadi fenomena menarik yang segera ingin diungkap kelanjutan dan penyelesaiannya yang tidak akan pernah tuntas.
Akhirnya beberapa anggota keluarga lenyap, atau meninggalkan rumah, karena rumah tidak sesuai lagi dengan keinginannya. Ada yang tidak kuat bertahan dan lenyap, ada yang pindah rumah ke rumah tetangga. Baik dengan jalur resmi maupun yang gelap. Ada yang tetap bertahan meskipun dengan keterpurukan dan ketidakberdayaan.
Meskipun kadang dengan terbalik dan jungkir balik pemilik sandal tersebut anggota rumah tersebut harus masuk kedalam rumah, akan tetapi tetap saja rumah tersebut punya peraturan yang harus tetap diikuti. Berbagai cara harus diikuti agar dipandang manusiawi untuk melakukan pembenaran dalam pemenuhan kesejahteraan. Bangunan kesejahteraan rumah tangga diruntuhkan oleh moralitas dari para anggota keluarga itu sendiri. Bahkan kehidupan akrobatik yang jungkir balik dan ekstrem para anggota keluarga sekalipun dipandang sebagai mekanisme pertahanan kehidupan, sehingga segala sesuatu hal dikatakan dapat dimengerti dan lumrah atau dengan kata lain "itu sudah menjadi hal yang biasa".
Dari dialog dan dinamika serta perguncangan yang timbul menimbulkan nilai, moral dan etika yang baru akan kebiasan pemenuhan kebutuhan yang ekstrem dan akrobatik sekalipun tadi. Semua hal dipandang lumrah, hal ini terbangun tantanan peradababan baru yang baik atau sekedar dari kompromi-kompromi dari durasi kehidupan para anggota keluarga rumah itu sendiri. Serta terkadang intervensi kepentingan tetangga yang mau mendapatkan mamfaat dari situasi yang tidak menguntungkan untuk keluarga itu sendiri.
Sehingga kehilangan berapa generasi anggota keluarga yang masih satu saudara saja dapat juga dikatakan sebagai sesuatu hal yang lumrah. "Itukan seleksi alam?", "Itu kan sudah diprediksi", atau "Itukan sudah diatur?" sampai-sampai yang tidak mengertipun mengatakan "Itukan lumrah?". Lumrah??? Bukan kan kondisi lumrah merupakan kesepakatan dan kompromi serta nilai baru???
Akhirnya terciptalah tatanan sosial baru di keluarga/ rumah tangga sendal jepit ini, sebuah tatanan dengan nama "Chaos Nation". Sebuah tatanan dengan sistem yang dijaga dan dibentuk oleh kepala rumah tangga, yang katanya demokrat. Karena berusaha menampung dan mengakomodir semua aspirasi anggota keluarga. Lengkapnya 'demokrat-kompromi "to" Chaos Nation'. Bahkan anak cucu generasi keluarga rumah tangga telah dipersiapkan untuk menanggung beban generasi dan peradaban pendahulunya. Bahkan hutang sampai dibawa mati. Telah kupersiapkan anak cucu ku untuk menerima hutang beban hidupkoe yang saat ini. Manusia aja dikorbankan apalagi rumah dan lingkungan???
Nah, sandal-sandal tersebut diatas adalah cerminan pemiliknya yang merupakan penghuni sebuah rumah. Dan semoga kondisi rumah kita (Indonesia) tidak seperti yang kondisi rumah tangga tersebut.
Sandal sandal tersebut merupakan produk hiasan daur ulang dari sampah plastik bertebaran diseputaran kota Bogor. Materinya dari plastik kantong bekas dan besi gantungan. Produk ini selain berisi pesan penyelamatan lingkungan Kota Bogor, juga berusaha menimbulkan industry-industry kreatif di Kota Bogor. Produk ini dijual dengan harga Rp 10.000 /item. Semua pemasukan hasil penjualan digunakan untuk terus mendukung gerakan konservasi lingkungan dan semangat menumbuhkan industri-industri kreatif di Kota Bogor.
Produk ini hasil inisiasi KPC didukung atau bekerjasama dengan Unite. Untuk pemesanan dan Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kapiten Hari the Blackend di (hp) 08561235298. Kedapan KPC dan Unite akan terus mengembangkan produk yang lebih mempunyai bermamfaat secara fungsi dalam kehidupan ini.
Mari kita berbuat dan kembali menata lingkungan kehidupan yang semakin rusak dan membangun rumah kita bersama agar seluruh anggota dapat merasa sejahtera, aman dan memperoleh keadilan rumah tangga yang hakiki.
Kondisi umumnya seeh anggota keluarga akan menurut seperti apa kata pemimpin keluarga rumah tersebut. Yeah seperti komandan pada anak buah. Anak buah akan melakukan apa yang di instruksikan komandan yang mereka pilih (heaaah komandan dipilih???). Begitulah seperti kepala rumah tangga kita saat ini melalui mekanisme pemilihan kepala rumah tangga setiap lima tahun sekali. Demikian juga kebijakan dan aturan yang mengikutinya tergantung pemimpinnya dan sistem yang akan dikelolanya untuk menjalankan kelembagaan rumah tangga dan dalam pencapaian tujuan hidup berkeluarga dan berumah tangga.
Sehingga diharapkan melalui instruksi kepala rumah tangga tersebut dapat memberikan mamfaat kepada seluruh anggota keluarga, karena pada kesemuanya akan kembali kepada tujuan kelembagaan keluarga atau rumah tangga itu sendiri, yaitu mensejahterakan kehidupan anggota rumah tangga. Semua berjalan dengan baik karena semua yang diatur pemimpin dapat memberikan yang terbaik untuk anggota keluarga, dan anggota keluarga juga memberikan yang terbaik untuk rumah tersebut. Tujuan bangunan dan tatanan rumah tersebut dapat segera tercipta, yaitu anggota keluarga yang adil dan makmur.
Meskipun demikian, merupakan anugerah bila anggota keluarga rumah tangga tersebut terdiri dari berbagai suku / etnis yang tersebar diseluruh penjuru kepulauan Indonsia ini. Kondisi seperti ini merupakan anugerah yang tidak diraasakan oleh rumah-rumah lain di dunia ini, termasuk kekayaan keanekaragaman hayati-nya. Karena itu rumah kita pernah terjajah selama 350 tahun. Bahkan hingga kini, penjajahan itu ada, bahkan saat ini menjajah moral penghuni rumah itu sendiri. Inilah yang paling bermasalah. Dengan beragamnya latar belakang dan budaya itu akan memperlihatkan kebutuhan yang berbeda, sehingga seperti pemilik dan warna sandal gambar selanjutnya ini anggota rumah tangga tersebut. Berbagai macam arah sandal yang ditinggalkan pemiliknya masuk kedalam rumah. Ada yang ingin didepan, ada yang ingin ditengah, di pinggir saja, bahkan dibagian ekor saja. Tetapi sebenarnya arahnya tetap saja, pemiliknya masuk kedalam rumah meninggalkan sandalnya dikeset. Karena mereka berharap tujuan pribadi/ dirinya dengan masuknya beliau terdapat didalam tujuan dibangunnya bangunan rumah tersebut beserta tata nilai dan aturan serta norma yang diharapkan dapat membantu mencapai kondisi yang diharapkan dari kelembagaan keluarga tersebut.
Pemenuhan kebutuhan akan kesejahteraan tersebut sangatlah penting karena berhubungan langsung dengan kepastian hidup, sehingga kadang-kadang anggota keluarga rumah menghalalkan segala cara untuk meperoleh kepastian akan kesejahteraan itu meskipun didalam rumah itu sendiri. Terkadang dengan cara yang paling ekstrem hingga manuver berbalik untuk mengelabui siapa yang dianggap dapat menghalangi tujuannya. Tindih, terkam, makan memakan sudah menjadi modus operandi umum. Bahkan dengan membuat aturan main yang ambigu dan tidak pernah jelas menjadi mainan profesionalisme para anggota keluarga yang pintar, yang artinya telah membiasa dan budaya. Sehingga bila terlihat nyata, malah dianggap wajar. Karena mekanisme dan infrastrukturnya permainan-permainan kotor, serta kompromi politik telah dipersiapkan dengan matang tentunya dengan sepengetahuan pemimpin rumah tangga. Ada saja yang anggota keluarga yang dikambing hitamkan dari sesuatu hal yang dibuat untuk ditutup-tutupi karena mekanisme permainan dan infrastruktur perangkatnya semakin menjadi hal yang dirasakan tidak menjadi biasa dan menjadi fenomena menarik yang segera ingin diungkap kelanjutan dan penyelesaiannya yang tidak akan pernah tuntas.
Akhirnya beberapa anggota keluarga lenyap, atau meninggalkan rumah, karena rumah tidak sesuai lagi dengan keinginannya. Ada yang tidak kuat bertahan dan lenyap, ada yang pindah rumah ke rumah tetangga. Baik dengan jalur resmi maupun yang gelap. Ada yang tetap bertahan meskipun dengan keterpurukan dan ketidakberdayaan.
Meskipun kadang dengan terbalik dan jungkir balik pemilik sandal tersebut anggota rumah tersebut harus masuk kedalam rumah, akan tetapi tetap saja rumah tersebut punya peraturan yang harus tetap diikuti. Berbagai cara harus diikuti agar dipandang manusiawi untuk melakukan pembenaran dalam pemenuhan kesejahteraan. Bangunan kesejahteraan rumah tangga diruntuhkan oleh moralitas dari para anggota keluarga itu sendiri. Bahkan kehidupan akrobatik yang jungkir balik dan ekstrem para anggota keluarga sekalipun dipandang sebagai mekanisme pertahanan kehidupan, sehingga segala sesuatu hal dikatakan dapat dimengerti dan lumrah atau dengan kata lain "itu sudah menjadi hal yang biasa".
Dari dialog dan dinamika serta perguncangan yang timbul menimbulkan nilai, moral dan etika yang baru akan kebiasan pemenuhan kebutuhan yang ekstrem dan akrobatik sekalipun tadi. Semua hal dipandang lumrah, hal ini terbangun tantanan peradababan baru yang baik atau sekedar dari kompromi-kompromi dari durasi kehidupan para anggota keluarga rumah itu sendiri. Serta terkadang intervensi kepentingan tetangga yang mau mendapatkan mamfaat dari situasi yang tidak menguntungkan untuk keluarga itu sendiri.
Sehingga kehilangan berapa generasi anggota keluarga yang masih satu saudara saja dapat juga dikatakan sebagai sesuatu hal yang lumrah. "Itukan seleksi alam?", "Itu kan sudah diprediksi", atau "Itukan sudah diatur?" sampai-sampai yang tidak mengertipun mengatakan "Itukan lumrah?". Lumrah??? Bukan kan kondisi lumrah merupakan kesepakatan dan kompromi serta nilai baru???
Akhirnya terciptalah tatanan sosial baru di keluarga/ rumah tangga sendal jepit ini, sebuah tatanan dengan nama "Chaos Nation". Sebuah tatanan dengan sistem yang dijaga dan dibentuk oleh kepala rumah tangga, yang katanya demokrat. Karena berusaha menampung dan mengakomodir semua aspirasi anggota keluarga. Lengkapnya 'demokrat-kompromi "to" Chaos Nation'. Bahkan anak cucu generasi keluarga rumah tangga telah dipersiapkan untuk menanggung beban generasi dan peradaban pendahulunya. Bahkan hutang sampai dibawa mati. Telah kupersiapkan anak cucu ku untuk menerima hutang beban hidupkoe yang saat ini. Manusia aja dikorbankan apalagi rumah dan lingkungan???
Nah, sandal-sandal tersebut diatas adalah cerminan pemiliknya yang merupakan penghuni sebuah rumah. Dan semoga kondisi rumah kita (Indonesia) tidak seperti yang kondisi rumah tangga tersebut.
Sandal sandal tersebut merupakan produk hiasan daur ulang dari sampah plastik bertebaran diseputaran kota Bogor. Materinya dari plastik kantong bekas dan besi gantungan. Produk ini selain berisi pesan penyelamatan lingkungan Kota Bogor, juga berusaha menimbulkan industry-industry kreatif di Kota Bogor. Produk ini dijual dengan harga Rp 10.000 /item. Semua pemasukan hasil penjualan digunakan untuk terus mendukung gerakan konservasi lingkungan dan semangat menumbuhkan industri-industri kreatif di Kota Bogor.
Produk ini hasil inisiasi KPC didukung atau bekerjasama dengan Unite. Untuk pemesanan dan Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kapiten Hari the Blackend di (hp) 08561235298. Kedapan KPC dan Unite akan terus mengembangkan produk yang lebih mempunyai bermamfaat secara fungsi dalam kehidupan ini.
Mari kita berbuat dan kembali menata lingkungan kehidupan yang semakin rusak dan membangun rumah kita bersama agar seluruh anggota dapat merasa sejahtera, aman dan memperoleh keadilan rumah tangga yang hakiki.
4 Komentar:
hehehe .... kirain ini postingan soal kondisi bangsa ini, soal politik, demokrasi dan korupsi. Eee gak taunya berujung jualan gantungan kunci berbahan sampah plastik. Keren juga idenya ...
sepuluh ribu spuluh ribu murah meriah produk ini bisa untuk koleksi bang bisa juga buat sovenir acara kawinan di jual murah obral obral di obral yang berminat silakan hub. KPC
eeeeh ndelalah ada yang dagang...dagang sendal...waduh sendalku ilang...8&^%&*(
merdeka
jualan sandal artikelnya serius banget seperti mikir negara aja.
bisa minta katalognya buat sripuji.rahayu@ymail.com
trims
Posting Komentar