Baru kali ini rasanya ada sebuah liputan di media yang meliput para dedengkot Ciliwung secara bersamaan. Rupanya ... walau kadang dukungan dan simpati mulai terasa naik turun, namun semangat beraktivitas para laskar Ciliwung tak kunjung padam.
Sebuah pesan singkat melalui SMS diterima redaksi Tjiliwoeng Dreams. Pesan tersebut berasal dari seorang pewarta radio bernama Taufik Wijaya.
Sang pewarta ternyata telah mewawancarai beberapa "orang gila" di sepanjang aliran Ciliwung. Ia sengaja datang ke wilayah hulu di Bogor, juga tak lupa ke wilayah hilir di Condet Balekambang. Dalam liputan itu ada Hapsoro, ada Bang Kodir, dan ada pula Sudirman Asun. Dengan kemampuan jurnalismenya pewarta dari KBR68H ini pun merangkum hasil wawancara lalu melengkapinya pula secara apik dengan suara-suara kejadian yang terjadi di seputar aliran sungai ini. Liputan ini jadi terasa dekat jika disimak baik2 oleh para pendengar radio.
Naah bagi anda2 yang ingin tahu lebih jauh tentang hasil liputan KBR68H di aliran Ciliwung ... silakan mencoba mendengarkannya langsung pada bagian "audio" di laman ini. Anda juga bisa membaca detil liputan tersebut pada laman yang sama.
Salah satu hal yang mengemuka dalam liputan itu adalah ketiadaan tanggung jawab dari Pemerintah dalam menjaga kondisi sungai, dalam hal ini Ciliwung. Padahal sungai adalah sebuah ekosistem tertentu yang sangat penting keberadaannya bagi kehidupan manusia di manapun ia berada. Konon kabarnya penyebaran budaya manusia terkait erat dengan aliran sungai.
Terlepas dari kesempurnaan dalam pengurusannya, ekosistem hutan sudah ada yang mengurus. Demikian pula halnya dengan ekosistem laut. Daerah2 yang dihuni manusia di luar hutan dan laut pun ada yang mengurus, yaitu Pemerintah Daerah. Sampai ke hal yang lebih spesifik seperti sampah dan kebersihan perkotaan juga sudah ada yang mengurus. Kalau kita berbicara soal permasalahan di pembangunan sarana dan prasarana, pasti ada instansi yang mengurusnya.
Lalu instansi pemerintah mana yang urusannya hanya "sungai"??? Anda bisa saja menyebutkan soal Kementrian Pekerjaan Umum atau sebuah instansi di bawah Kementrian Kehutanan yaitu BPDAS. Tapi apakah mereka2 itu memang mengurus sungai? Kementrian Pekerjaan Umum dan jajarannya selama ini hanya mengurusi soal aliran air untuk kepentingan irigasi atau air minum atau pembangkit tenaga listrik. BPDAS hanya memastikan terjaganya daerah tangkapan air di hulu2 sungai. Sementara itu bagaimana kondisi sungainya sendiri, tak satu pun instansi yang berani mengatakan ini menjadi urusannya. Mereka semua, tak terkecuali Kementrian Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup, serta Dinas Kebersihan tak begitu peduli pada kondisi sungai. Sampah di sungai bukanlah bagian dari TUPOKSI (tugas pokok dan fungsi) mereka.
Jika demikian situasinya ... berarti memang harus ada sebuah instansi baru yang mengurus soal sungai ini. Atau ... tak perlu lagi kita berharap adanya instansi pemerintah yang mengurusnya, mengingat kinerja mereka yang biasanya buruk. Jangan2 kelompok2 warga pemerhati sungai seperti di Ciliwung ini lah yang harus bersatu membentuk sebuah "instansi swasta" yg khusus mengurus sungai.
Sebuah pesan singkat melalui SMS diterima redaksi Tjiliwoeng Dreams. Pesan tersebut berasal dari seorang pewarta radio bernama Taufik Wijaya.
Hsl wawancara kemarin, bisa disimak di rubrik SAGA KBR68H, PEJUANG CILIWUNG senin besok jam 7.45 sd 8 WIB. Di Jkt FM 89,2 atau via streaming internet di www.green radio.fm . Naskah dan audio bs jg dibaca dan didengar di www.kbr68h.com. Diupload sekitar Senin siang. Selamat menyimak. Tks
Sang pewarta ternyata telah mewawancarai beberapa "orang gila" di sepanjang aliran Ciliwung. Ia sengaja datang ke wilayah hulu di Bogor, juga tak lupa ke wilayah hilir di Condet Balekambang. Dalam liputan itu ada Hapsoro, ada Bang Kodir, dan ada pula Sudirman Asun. Dengan kemampuan jurnalismenya pewarta dari KBR68H ini pun merangkum hasil wawancara lalu melengkapinya pula secara apik dengan suara-suara kejadian yang terjadi di seputar aliran sungai ini. Liputan ini jadi terasa dekat jika disimak baik2 oleh para pendengar radio.
Naah bagi anda2 yang ingin tahu lebih jauh tentang hasil liputan KBR68H di aliran Ciliwung ... silakan mencoba mendengarkannya langsung pada bagian "audio" di laman ini. Anda juga bisa membaca detil liputan tersebut pada laman yang sama.
Salah satu hal yang mengemuka dalam liputan itu adalah ketiadaan tanggung jawab dari Pemerintah dalam menjaga kondisi sungai, dalam hal ini Ciliwung. Padahal sungai adalah sebuah ekosistem tertentu yang sangat penting keberadaannya bagi kehidupan manusia di manapun ia berada. Konon kabarnya penyebaran budaya manusia terkait erat dengan aliran sungai.
Terlepas dari kesempurnaan dalam pengurusannya, ekosistem hutan sudah ada yang mengurus. Demikian pula halnya dengan ekosistem laut. Daerah2 yang dihuni manusia di luar hutan dan laut pun ada yang mengurus, yaitu Pemerintah Daerah. Sampai ke hal yang lebih spesifik seperti sampah dan kebersihan perkotaan juga sudah ada yang mengurus. Kalau kita berbicara soal permasalahan di pembangunan sarana dan prasarana, pasti ada instansi yang mengurusnya.
Lalu instansi pemerintah mana yang urusannya hanya "sungai"??? Anda bisa saja menyebutkan soal Kementrian Pekerjaan Umum atau sebuah instansi di bawah Kementrian Kehutanan yaitu BPDAS. Tapi apakah mereka2 itu memang mengurus sungai? Kementrian Pekerjaan Umum dan jajarannya selama ini hanya mengurusi soal aliran air untuk kepentingan irigasi atau air minum atau pembangkit tenaga listrik. BPDAS hanya memastikan terjaganya daerah tangkapan air di hulu2 sungai. Sementara itu bagaimana kondisi sungainya sendiri, tak satu pun instansi yang berani mengatakan ini menjadi urusannya. Mereka semua, tak terkecuali Kementrian Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup, serta Dinas Kebersihan tak begitu peduli pada kondisi sungai. Sampah di sungai bukanlah bagian dari TUPOKSI (tugas pokok dan fungsi) mereka.
Jika demikian situasinya ... berarti memang harus ada sebuah instansi baru yang mengurus soal sungai ini. Atau ... tak perlu lagi kita berharap adanya instansi pemerintah yang mengurusnya, mengingat kinerja mereka yang biasanya buruk. Jangan2 kelompok2 warga pemerhati sungai seperti di Ciliwung ini lah yang harus bersatu membentuk sebuah "instansi swasta" yg khusus mengurus sungai.
Aahhh ... ini spt mimpi di siang bolong saja. Memimpikan KPC Bogor, Komunitas Ciliwung Condet dll di sepanjang aliran sungai ini menjadi sebuah instansi baru yang bernama "Dinas Sungai Ciliwung" ... hahahahaaaa !!!
1 Komentar:
Lanjutan perjuanganmu ndan jalan masih panjang.
salam dari
tjiliwoeng
Posting Komentar